"Pusing..pusing...pusing...! Aku bingung! Aku enggak habis pikir mengapa orang-orang itu sukanya menjelek-jelekkan orang lain.
Sudah gitu kerjaan yang aku lakukan dikatain gak legal-lah, engga sah-lah, bahkan neh, dibilang kagak ada gunanya," curhat Neni, wanita paruh baya di forum komunitas kami.
"Ya neh, ada saja yang bermaksud merusak nama baik komunitas kita. Aku dengar sendiri dari mbak Ambar. Seperti yang kita tahu si Jaka itu mantan anggota kita. Aku baru mendapat informasi, kalau dia telah menelepon orang-orang terbaik kita di lapangan dan memengaruhi mereka agar keluar dari komunitas kita.
Tragisnya lagi neh...ada saja dari anggota kita yang menyeberang ke kubu mereka. Ayo dong... keluarkan pernyataan resmi, bro. Bila penting mereka harus disomasi,..minimal dikasih SP-lah, atau dilaporkan ke polisi kek... supaya mereka berhenti menghina. Aku jadi bingung deh siapa yang benar dan siapa yang salah. Jangan-jangan kita yang salah. Hadeuh, Pusiiiiingggg," teriak Jonry, yang tak lain adalah temannya Neni.
Dua contoh di atas seringkali nyata ada di hadapan kita. Ini menggambarkan betapa kita sering panik terhadap hal yang bahkan belum kita hadapi. Benar bahwa ada banyak orang di sekitar kita yang memang tak kuat tantangan, atau bahkan tak berani menghadapi persoalan di depan matanya, apalagi secara gentlement.
Inilah yang menyebabkan mengapa Neni dan Jonry mudah panik. Apalagi saat mereka harus berurusan dengan hukum yang sedang musim ngadu-mengadu, lapor-melapor, dst.
Lantas, mengapa seseorang begitu mudah panik dan bagaimana jalan keluarnya?
Fakta berkata bahwa dalam berbagai situasi semua orang pernah panik. Setiap orang pasti mengalami kepanikan tertentu. Setuju? Misalkan saja ketika Anda tidak menyangka kekasih Anda datang dari tempat jauh dan tiba-tiba saja sudah berdiri di depan kamar Anda dan mengetuk pintu kamar Anda; atau ketika bos Anda di kantor tiba-tiba memanggil ke ruangannya tanpa alasan yang Anda belum tahu.
Maka tak heran bila orang-orang tua kita sering menasihati kita agar, "Jangan panik ya, nak!" Begitu juga ayat-ayat suci dari kitab-kitab yang kita imani, "Jangan kwatir akan hari esok, akan apa yang akan kamu hadapi di waktu mendatang! Nasihat-nasihat bijak ini mengandaikan bahwa kita memang memiliki unsur kepanikan dalam diri kita masing-masing. Oleh karena iut, dengan menerapkan nasihat di atas diharapkan kita tak lagi sepanik seperti biasanya.
Panik itu apa sih?
Dalam Kamus Bahasa Indoneisa kata "panik" [Inggris, panic] (adj) berarti bingung, gugup, atau takut dengan mendadak (sehingga tidak dapat berpikir dengan tenang).
Secara filologis, kata "panik" sendiri berasal dari nama dewa mitologi Yunani, yakni "pan" yang memiliki kemampuan menimbulkan ketakutan untuk sendiri atau berada di daerah terbuka. Berbagai referensi mengatakan bawha kepanikan merupakan suatu kondisi kecemasan yang sangat berat yang disertai dorongan untuk lari atau bersembunyi sewaktu menghadapi suatu kondisi yang dirasakan berbahaya atau mengancam.
Bencana, kekerasan, penjarahan, perang dan berbagai kondisi negatif lain, termasuk situasi kemiskinan dan kebutuhan akan uang adalah penyebab utama seseorang panik (anxiety).
Kepanikan itu selalu melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan simtom-simtom fisik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersenggal atau kesulitan bernafas, berkeringat banyak dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling (Glass: 2000).
Bahkan seseorang yang mengalami serangan panik cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada degub jantung mereka (Ricard, Edgar & Gibbon: 1996). Serangan-serangan itu disertai dengan perasaan teror yang luar biasa dan perasaan akan adanya bahaya yang akan segera menyerang atau malapetaka yang akan segera menimpa serta juga disertai dengan suatu dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini.
Bahayanya Panik
Perilaku orang panik/cemas (anxiety) bisa saja mengarah pada tindakan abnormal, terutama di saat kepanikan itu tak lagi sesuai dengan situasinya (out of condition), seperti perilaku yang tidak biasa, perilaku yang tidak dapat diterima, dan persepsi atau persepsi yang salah terhadap realitas.
Serangan panik mencangkup suatu episode ketakutan yang intens atau perasaan tak nyaman di mana sedikitnya terdapat 4 dari 13 ciri berikut ini yang tiba-tiba muncul hingga mencampai puncaknya dalam jangka waktu 10 menit:
- Palpitasi jantung, jantung berdegub-degub, tachycardia (denyut jantung cepat)
- Berkeringat
- Bergetar atau gemetar
- Nafas pendek atau sensasi seperti terselubung sesuatu
- Sensasi seperti tercekik
- Sakit atau perasaan tak nyaman di dada
- Perasaan mual atau tanda-tanda distres abdominal lainnya
- Perasaan pusing, ketidakseimbangan, kepala enteng, atau seperti mau pingsan
- Perasaan aneh atau tidak riil tentang lingkungannya (derealisasi) atau perasaan asing tentang dirinya sendiri (depersonalisasi)
- Perasaan takut kehilangan kendali atau akan menjadi gila
- Takut akan mati
- Mati rasa atau sensasi kesemutan
- Merasa kedinginan atau kepanasan
Artinya, perilaku (suka) panik perlu kita waspadai. Sebab, seperti telah disinggung di atas, pada tahap tertentu perasaan panik itu sudah tidak normal lagi alias abormal. Fobia adalah salah satu bentuk kecemasan (anxiety) yang dimaksud.
Fobia terjadi saat seseorang merasakan kecemasan yang lebih besar bila dibandingkan dengan ancaman yang dihasilkan. Orang yang memiliki sifat fobia akan merasakan takut akan suatu hal yang spesifik dan biasanya tidak rasional seperti agorafobia (takut dengan keramaian), homofobia (takut bertemu orang), dst.
Makanya kita harus berani keluar dari kecemasan atau kepanikan di atas. Salah satu penanganan yang dapat dilakukan yaitu melalui terapi kognitif, dengan cara:
1. Mengkonsumis obat penenang
Contohnya antidepressant, antihistamines, Benzodiazepines. Efek samping pemberian obat dalam jangka panjang yaitu ketergantungan dan gangguan saraf.
2. Teknik relaksasi
Dilakukan secara sistematis pada bagian tubuh, seperti meditasi dan yoga.
3. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Istilah lain adalah "terapi perilaku kognitif" dengan pendekatan psikoterapi dengan bicara; dan biasanya cara ini membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. CBT bertujuan untuk memecahkan masalah tentang disfungsional emosi, perilaku dan kognisi melalui prosedur yang berorientasi, dan sistematis di masa sekarang. membantu pasien mengenali pikiran yang berkontribusi pada kecemasan.
4. Emotional Freedom Technique (EFT)
Sebuah terapi memanfaatkan energy dalam tubuh dengan cara menstimulasi pada titik-titik meridian tubuh untuk memperbaiki aliran energy tubuh.Emotional Freedom Technique (EFT) adalah sebuah terapi psikologi praktis yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit psikologis (masalah pikiran dan perasaan).
EFT ini merupakan versi psikologi dari terapi akupunktur yang menggunakan jarum. Hanya saja EFT tidak menggunakan jarum, melainkan dengan menyelaraskan sistem energi tubuh pada titik-titik meridian di tubuh Anda, dengan cara mengetuk (tapping) dengan ujung jari. Cara ini merupakan cara yang efektif dan cepat untuk mengatasi tidak hanya kecemasan, tapi juga masalah emosional lainnya.
5. Hypnotherapy - Sebuah cara pengobatan yang menjangkau pikiran bawah sadar yang merupakan sumber "program kecemasan" tersimpan. Hypnotherapy bisa membenarkan program pikiran yang salah tersebut. Misalnya, Anda bisa mengucapkan suatu afirmasi atau sugesti kepada seseorang dalam kondisi sadar tanpa hasil apapun, tetapi apabila anda mengucapkan sugesti yang sama dalam kondisi hypnosis, maka hasilnya sangat luar biasa.
Makanya, Jangan Panik
Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, tetapi karakteristik utama yang mendasarinya adalah karena pemikiran yang tidak rasional, khawatir dan ketakutan berlebihan. Serangan kegelisahan dan kepanikan terjadi secara acak dan sering timbul bagi mereka yang menderita atau mempunyai masalah gangguan kecemasan. Ketika gangguan kecemasan terjadi, maka menyebabkan sakit kepala, mual, tremor dan ketakutan irasional dan gugup.
*****
Ada pemicu yang berbeda untuk berbagai jenis gangguan kecemasan, tapi di sini ada 5 tips untuk membantu Anda mengatasi serangan kegelisahan dan kepanikan yang akan terjadi.
(1) Belajarlah untuk Santai
Teknik relaksasi ini akan mengurangi efek dari gejala serangan kepanikan, seperti sakit kepala dan berkeringat. Dengan berkonsentrasi pada diri sendiri dan menghalangi semua emosi negatif dan lingkungan di sekitar Anda, Anda dapat merilekskan tubuh dan bernapas. Sisihkan waktu untuk diri sendiri untuk beristirahat dan bersantai setiap hari, dan ini akan mengurangi stres dan ketegangan dari pekerjaan atau kehidupan.
(2) Carilah Perawatan Tepat.
Obat dapat membatasi gejala-gejala, tetapi bukan obat cepat yang memiliki banyak efek samping yang sering lebih parah. Terapi kognitif dan perilaku lebih cocok karena membantu Anda mentoleransi dengan penyebab serangan kecemasan, dan akan membantu Anda untuk mengatasi gangguan Anda.
(3) Ubah Gaya Hidup Anda
Ambil latihan setidaknya dua kali seminggu, untuk membantu Anda mendapatkan tubuh bugar kembali, misalnya dalam bentuk latihan (jalan cepat atau berenang) atau menjaga diet yang seimbang. Jika Anda merasa bahwa pekerjaan Anda terlalu stres, coba ubah ke salah satu yang lebih santai sebagai gantinya.
(4) Cari Dukungan
Biasakan berbagi emosi dan pengalaman Anda dengan teman dan keluarga. Mereka mungkin memiliki saran yang berharga, setidaknya, mereka dapat membantu untuk mendukung Anda secara emosional. Berbicara tentang kecemasan Anda juga akan membantu Anda untuk menerima keadaan, dan memahami dengan lebih baik penyebab serangan kecemasan Anda.
(5) Self Monitoring
Luangkan waktu untuk bersantai dan bersantai, dan pastikan tubuh dan pikiran Anda tenang. Buatlah daftar penyebab serangan kegelisahan/kepanikan Anda, dan mencoba untuk mengidentifikasi apa yang memicunya. Setelah Anda melakukan itu, Anda dapat mencari solusi yang tepat, apakah itu menghadapi masalah atau cukup menghindari.
Selamat mencoba!
Posting Komentar