Ilan bisa saja bersifat sekedar memperkenalkan sekaligus menawarkan sesuatu produk. Tetapi serentak, iklan juga bisa jadi sebuah pemaksakan kehendak lewat indoktrinasi tampilan audio-visual.
Anak-anak sering memaksa orangtuanya membeli jenis mainan atau makanan tertentu hanya karena iklan.Begitu juga kaum wanita yang punya kemampuan canggih menghafal nama produk baru yang ditawarkan di televisi atau media sosial; dan biasanya sih sampe terbawa mimpi hingga barang itu akhirnya ia bisa beli.
Anehnya, banyak netizen yang menulis sesuatu di akun sosialnya yang mirip-mirip iklan, bahkan dengan nada memaksa orang mengimani 'sabdanya', kendati si empunya akun sadar bahwa iklannya sungguh tak laku.
Saat Pemerintahan Jokowi menjual belasan paket ekonomi dan para pedagang dengan mobil avanza menjual paket internet di jalanan, maka para netizen pun tak ketinggalan menjual paket bernama 'pendapat'.
Rasanya semua dipaketkan, termasuk parawisata juga dipaketkan. Misalnya, ketika pemerintah memproklamirkan paket wisat di NTT dan Danau Toba, maka serentak itu juga berarti akan diikuti pembangunan hotel, villa, cottage, dst.
Rasanya sah-sah saja membangun hotel di tempat wisata, karena tak semua orang cepat merasa puas hanya melihat keindahan dalam satu hari. Semestinya sih hotel tak dibutuhkan oleh para wisatawan bila saja penduduk setempat menyiapkan rumahnya sebagai tempat menginap dengan "harga standar" bagi para wisatawan.
Tapi ini enggak mungkin karena masyarakat sudah kadung saling curiga, atau si kaya tak sudi nginap di rumah orang desa dan si penikmat kebebasan tak sudi dibatasin.
Ketika keindahan itu tidak dipaketkan dengan kemasan menarik, maka keindahan itu hanya bisa dinikmati secara ekslusif oleh penduduk setempat, hingga mereka akan mengkultuskannya.
Tetapi di saat keindahan itu dipromosikan hingga banyak orang luar berdatangan untuk menikmatinya maka orang lokal bisa merasa terganggu karena "milik" mereka perlahan "dikuasai" orang luar.
Saya hanya ingin mengatakan bahwa sesungguhnya konsep parawisata tak mungkin melulu soal ekonomi, apalagi dilihat hanya sebagai konsep percepatan pembangunan.
Akhirnya, sang pemenang ialah mereka yang mampu mendesain IKLAN secara canggih dan memikat.
Posting Komentar