“Maka, pendidikan yang sukses adalah pendidikan yang mampu mengantarkan pelajar menjadi pribadi yang bertaqwa, dewasa, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan, dan berwawasan global,“ tambah profesor kelahiran Malang 19 juni 1942 itu dihadapan sekitar 500 peserta yang hadir.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan 21 karakter yang harus ditanamkan seorang guru kepada anak dididiknya, yakni (1) yakin akan kehadiran Tuhan, (2) semangat kerja keras, (3) berpikir luas dan terbuka, (4) berusaha untuk sanggup bekerja dan bertanggung jawab, (5) hangat optimis dan bersyukur, (6) bersih, tertib dan rapi, (7) berani untuk yang benar, (8) bersedia memberi dan meminta maaf, (9) toleran kepada kekurangan, dan (10) penolong.
Tak kalah pentingnya adalah karakhter (11) kreatif, imaginatif keluar dari kebiasaan untuk hal yang baik, (12) mandiri yakin akan kekuatan diri tetapi rendah hati, (13) mau belajar dan berpikir ilmiah, (14) ajeg, konsisten memakai nalar, (15) halus perasaan, kasih, cinta dan sayang, (16) hormat, disiplin dan taat azaz, (17) sopan santun, (18) dapat dipercaya (amanah), (19) dapat mengendalikan diri, (20) bersikap adil dan sportif, dan (21) berikhtiar dan tawakal kepada Tuhan.
Sementara pembicara lain, Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd menyoroti tingkat pendidikan yang meningkat ternyata tidak selalu inheren dengan tingkat pemberdayaan, dan karenanya tidak inheren pula dengan tingkat kemandirian.
"Pendidikan merupakan sebuah proses penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses ini manusia dibentuk dan dilahirkan sebagai seorang manusia yang utuh dan sebenarnya. Pendidikan semestinya bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa dan berimplikasi kuat pada proses empowerment (pemberdayaan).
Untuk menggapai hal tersebut, diperlukan upaya mencerdaskan bangsa pendidikan seharusnya dipandang sebagai alat perjuangan pencerahan manusia. Sebagai alat perjuangan pencerahan manusia maka minimal ada tiga aspek yang harus ada dalam sebuah proses pendidikan. Pertama, Aspek iman, yang berorientasi pada proses pembentukan keyakinan manusia akan penciptanya (spiritualitas). Kedua, Aspek kognisi, yang berorientasi pada perubahan pola pikir (intelektualitas). Ketiga, Aspek affeksi, yang berorientasi pada perubahan sikap mental dan perilaku (mentalitas)," tegas Wakil Rektor I Universitas Negeri Medan ini.
Seminar nasional ini merupakan program Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sumut dengan PJK Unimed (Pusat Jasa Kerja Universitas Negeri Medan) dan PT. Erlangga ini dan digagas bersama oleh M. Basir Hasibuan, M.Pd (Ketua PW. Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara), Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd. (Wakil Rektor I Universitas Negeri Medan), dengan ketua panitia Amrizal, S.Si., M.Pd. (Amrizal/Dion)
Posting Komentar