![]() |
Seminar Kerukunan, dengan Thema: Dialog Dalam Kebenaran dan Kasih, di Hotel Mars Banda Aceh, Kamis-Sabtu 14-16 April 2016 |
Dalam kegiatan pembukaan, hadir Kepala Kemenag Prov. Aceh, Kepala Kesbanglinmas, Ketua FKUB Prov. Aceh, dan Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI. Ketua Kesbanglinmas Provinsi Aceh (Nasyr) mengatakan bahwa Aceh terus berupaya memelihara kerukunan ditengah masyarakat. Kejadian yang ada di Aceh singkil terjadi di luar dugaan dan kami sangat prihatin atas kejadian itu.
Kami menilai masyarakat katolik di Aceh singkil sungguh menghadirkan kesejukan di tengah masyarakat dan memiliki spirit toleransi yang tinggi. Lewat pertemuan ini kami mengharapkan agar kita secara bersama-sama meningkatkan kualitas kerukunan dan kesejukan ditengah umat.
Komisi HAK KWI, P. Agustinus Ulahayanan, Pr., mengatakan kegiatan seminar yang digelar ini penting bagi masyarakat katolik, khususnya para peserta dalam rangka meningkatkan penguatan kualitas internal gereja tentang kerukunan agar pada akhirnya dapat menghadirkan nilai-nilai kerukunan ditengah masyarakat umum.
“Bila secara internal tidak kuat -rukun maka mustahil dapat menghadirkan kerukunan bagi masyarakat umum” tandas Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI itu. Pembinaan Keluarga-keluarga katolik amat penting dan harus untuk itu, dan peserta diharapkan menjadi pelopor untuk itu, harapnya.
Lanjut P.Agus, masyarakat katolik harus menjadi Garam, Terang, dan Ragi bagi kehidupan. Karena itu umat perlu mengembangkan dialog dalam kebenaran dan kasih. Hanya dengan cara itu kita dapat membina komunikasi yang saling menguatkan hingga membawa suasana kerukunan.
Direktur Jenderal Bimas Katolik Kemenag RI (Eusabius Binsani) mengatakan dalam sambutannya bahwa Bimas Katolik terus membina sinergitas dengan gereja katolik dalam rangka satu padu membangun umat katolik yang 100 persen warga Katolik yang katolisitas dan 100 persen warga Negara yang Pancasilais.
Seminar yang digelar ini menjadi bagian dari perhatian bersama antara Bimas dan Gereja Katolik, supaya umat katolik khususnya peserta yang hadir semakin memahami pentingnya memelihara kerukunan dan kemajemukan ditengah masyarakat NKRI. “Dialog dalam Kebenaran dan Kasih menjadi kunci utama dalam melahirkan kerukunan hidup beragama”, ungkapnya tegas.
Di akhir pertemuan pada hari pertama, Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Medan P. Bonaventura Gultom, OFM.Conv. mengutarakan keprihatinannya kepada situasi pendidikan agama Katolik di sekolah umum/negeri yang cukup banyak tidak memiliki guru agama, sementara siswa beragama katolik ada dan nilai agama katolik juga harus diisi dalam raport siswa. Dalam situasi ini Negara harusnya menjamin dan melindungi kehidupan umat Bergama.
Bila Negara dalam hal ini Bimas Katolik membiarkan situasi ini terus terjadi, membuktikan bahwa Negara tidak memberikan perlakuan yang sama bagi umat beragama. Menanggapi itu Dirjen Bimas Katolik, menyatakan akan mencarikan solusi dan sementara sudah diberikan edaran ke sekolah-sekolah Negeri, sahutnya menutup. (Dion)
Komisi HAK KWI, P. Agustinus Ulahayanan, Pr., mengatakan kegiatan seminar yang digelar ini penting bagi masyarakat katolik, khususnya para peserta dalam rangka meningkatkan penguatan kualitas internal gereja tentang kerukunan agar pada akhirnya dapat menghadirkan nilai-nilai kerukunan ditengah masyarakat umum.
“Bila secara internal tidak kuat -rukun maka mustahil dapat menghadirkan kerukunan bagi masyarakat umum” tandas Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI itu. Pembinaan Keluarga-keluarga katolik amat penting dan harus untuk itu, dan peserta diharapkan menjadi pelopor untuk itu, harapnya.
Lanjut P.Agus, masyarakat katolik harus menjadi Garam, Terang, dan Ragi bagi kehidupan. Karena itu umat perlu mengembangkan dialog dalam kebenaran dan kasih. Hanya dengan cara itu kita dapat membina komunikasi yang saling menguatkan hingga membawa suasana kerukunan.
Direktur Jenderal Bimas Katolik Kemenag RI (Eusabius Binsani) mengatakan dalam sambutannya bahwa Bimas Katolik terus membina sinergitas dengan gereja katolik dalam rangka satu padu membangun umat katolik yang 100 persen warga Katolik yang katolisitas dan 100 persen warga Negara yang Pancasilais.
Seminar yang digelar ini menjadi bagian dari perhatian bersama antara Bimas dan Gereja Katolik, supaya umat katolik khususnya peserta yang hadir semakin memahami pentingnya memelihara kerukunan dan kemajemukan ditengah masyarakat NKRI. “Dialog dalam Kebenaran dan Kasih menjadi kunci utama dalam melahirkan kerukunan hidup beragama”, ungkapnya tegas.
Di akhir pertemuan pada hari pertama, Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Medan P. Bonaventura Gultom, OFM.Conv. mengutarakan keprihatinannya kepada situasi pendidikan agama Katolik di sekolah umum/negeri yang cukup banyak tidak memiliki guru agama, sementara siswa beragama katolik ada dan nilai agama katolik juga harus diisi dalam raport siswa. Dalam situasi ini Negara harusnya menjamin dan melindungi kehidupan umat Bergama.
Bila Negara dalam hal ini Bimas Katolik membiarkan situasi ini terus terjadi, membuktikan bahwa Negara tidak memberikan perlakuan yang sama bagi umat beragama. Menanggapi itu Dirjen Bimas Katolik, menyatakan akan mencarikan solusi dan sementara sudah diberikan edaran ke sekolah-sekolah Negeri, sahutnya menutup. (Dion)
Posting Komentar