Sepertinya mereka lelah setelah duduk mendengarkan dosen cuap-cuap di depan kelas. Atau, bisa jadi mereka sedang menunggu kehadiran sang dosen.
Yang jelas mereka sedang asyik bercengkerama. 4 gadis yang duduk persis dihadapanku sedang bicara tentang "pariban" dan tentu saja tentang lelaki yang belakangan sering memberi perhatian pada salah satu dari mereka.
Kisahnya terdengar seperti sinetron yang biasa ditonton kaum ibu saat prime time di televisi swasta. Gadis di sebelah kirinya tak mau ketinggalan. Ia bertutur teratur tentang cowoknya yang selain ganteng, baik juga pinter. Begitu pengakuan gadis Batak yang dari tadi menggunakan bahasa Batak saat bertutur.
Begitulah mahasiswi sekarang. Tak begitu tertarik dengan buku, kecuali modul yang oleh dosen diwajibkan untuk dibaca. Toko buku yang cukup lengkap isinya, bahkan kini menganga dihadapan mereka tampaknya tak mengusik perhatian mereka.
Begitu juga dengan empat pemuda yang duduk tak jauh dari mereka. Keempat pemuda bahkan asyik sendiri dengan gadgetnya. Mereka duduk bersama, tapi diam sembari fokus ke ponsel pintar yang dibelikan orangtua mereka.
Mari berpikir positif tentang kondisi pendidikan saat ini. Mari berpikir metafisik tentang cara mahasiswa "eksis" saat ini. Sepertinya mereka tahu betul bahwa pengetahuan ada di internet, hingga biaya ponsel, khususnya membeli pulsa jauh lebih besar.
Semoga itu yang mereka lakukan dengan ponsel cerdas mereka.
Lusius Sinurat
Posting Komentar