Seperti beringin, kadernya sangat mengakar pada prinsip pertautan yang saling bertautan sama lain.
Begitu juga dengan batang, rantingnya yang selalu seia-sekata dalam satu motto:
"Golkar adalah kekuasaan, dan kekuasaan adalah Golkar. Maka dengan cara apa pun kekuasaan itu harus Golkar peluk."
Sedemikian wanginya Golkar di masa orde baru, kendati hal itu terjadi karena mereka pintar bersembunyi dibalik ketiak sang raja.
Tapi para kader generasi kedua, ketiga dan generasi terkini melupakan satu hal, yakni sang raja sudah berganti dan tak ada lagi raja yang menyediakan ketiaknya untuk menyembunyikan bau apek mereka.
Begitu kuatnya figur almarhum raja sehingga ketika ia sudah tak ada, para kader pun menjadikan dirinya sebagai raja, minimal raja-raja kecil yang diikuti oleh segelintir pasukan berbaju kuning berlogo beringin.
Kini, rasa haus akan kekuasaan, rasa rindu menjadi bagian dari pengatur pemerintahan membuat mereka saling berebutan, hingga mereka pecah dan terbelah.
Kita hanya bisa berharap semoga islah dan reunifikasi antar mereka sungguh terwujud, agar roda pemerintahan tidak terganggu oleh lalu lalang para politisi berbaju kuning yang seringkali secara diam-diam mengemis ke istana.
Lusius Sinurat
Posting Komentar