Ahok, tentu saja tak boleh kita lupakan Jokowi sahabatnya, secara tidak sadar telah "memberi makan" jutaan manusia entah sebagai pemilik media, entah sebagia pelahap berita tentang dirinya.
Tak peduli apakah media itu PRO atau KONTRA! Semuanya sama-sama diuntungkan oleh sosoknya. Buku-buku lahir karena sosok dan kinerjanya; akun-akun dan fanpage fesbuk bermunculan karena daya tariknya.
Bahkan acara-acara talkshow di televisi seakan tak lengkap kalau belum pernah mengundangnya sebagai narasumber.
Apabila selama ini kita tak tertarik membaca berita seputara daerah yang dibentangkan di website milik pemprov, maka hadirnya Ahok telah membuat kita sering mampir ke situs Pemprov DKI, atau langsung ke website pribadi Ahok sendiri.
Ahok tak sekedar selebritas, apalagi selebritas yang ajimumpung dan jual tampang. Ahok juga bukan pejabat yang 'hanya Beruntung menjadi Gubernur karena Jokowi telah menjadi Presiden kita".
Ketenaran Ahok meretas justru dari pesonanya yang tegas, keras kepalanya bak batu cadas, amarahnya yang memekik dan memenuhi ruangan-ruangan rapat yang dipimpinnya. "Kelemahan-kelemahan" inilah yang berikutnya menjadi kekuatannya.
Kok bisa? Karena Ahok hanya akan tegas, keras kepala dan marah bila berhadapan dengan mereka yang anti-kebenaran, kontra-konstitusi, dan teruma saat berhadapan dengan lawan politiknya yang sengaja merugikan rakyat yang dipimpinnya.
Itulah kekuatan Ahok, yakni BERANI MELULUHLANTAKKAN TINDAKAN-TINDAKAN YANG TIDAK ADIL yang diikuti oleh KESEDIAANNYA YANG TERUS-MENERUS UNTUK HADIR ditengah masyarakat yang membutuhkannya, terutama mereka yang miskin dan tersingkir.
Inilah Ahok; dan sosoknya seakan membendung niat-niat jahat yang terbersit di kepala anak-buahnya, atasannya, dan termasuk anggota DPRD yang sering merasa terusik atas kehadirannya.
KATA DAN TINDAKAN AHOK MEMANG MENOHOK, bukan pertama-tama karena ia seorang borokokok, tetapi karena ia tak ingin DKI Jakarta hidup di dalam BOROK!
Lusius Sinurat
Posting Komentar