iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Andersius, "Jadikan Semua Saudara."

Saat menghadiri pemberkatan Aula Biara Pertama OSC Cap Sikeben, 11 Juni 2015. Kiri-kanan: Andersius Ginting OFS, Lusius Mendrofa (MC), Lusius Sinurat, SS., M.Hum (Pendiri / Ketua Dewan Pembina Pusat Dukung Ahok Gubernur DKI / DAG-DKI Jakarta), Henry Jhon Hutagalung, SE, SH, MH (Ketua DPRD Kota Medan), Drs. Moren Naibaho ( KTU-BPN Sumut)


Sosoknya terlihat ganjil. Ia tak bisa diam. Ia suka berkata-kata, dan dunia seakan berakhir bila ia tak mengatakan sesuatu kepada siapa saja yang ditemuinya. Bahkan ketika ta ada lagi orang yang bisa diganggunya, ia akan segera menelepon, entah ke siapa. Andersius memang unik dan pelik.

Tapi jangan berpikir bahwa ia sosok cerewet. Pasti bukan! Ia hanyalah sosok periang, kendati sedikit agak usil dengan orang-orang di sekitarnya. Ia kerap tampil paradoks, yang bertingkah dan berpikir di luar kebiasaan kebanyakan orang (out of the box).

Ia sangat aktif, kalau tidak mau dikatakan hyperactive. Di dunia nyata dan di dunia sosial ia rajin membentuk berbagai komunitas. Seorang sahabatnya di Jakarta, Ny. Sinaga br Tobing pernah berujar, “Molo amang si Ginting on nian. sude di pambaeni!” (semua dibikinin sama Pak Ginting ini).

Andersius Ginting OFS, pria kelahiran Dolok Silau, Simalungun pada tanggal 15 September 1965 ini memiliki karakhter menarik. Andersius memang berbeda dari kebanyakan awam, bahkan dari pengurus gereja lainnya. Bukan saja karena ia merupakan Minister Regio Ordo Fransiskan Sekuler (OFS) Keuskupan Agung Medan, tetapi juga karena karakhter personalnya memang fransiskan banget.

Berbeda dengan biarawan/biarawati Fransiskan, Ordo Fransiskus Sekuler (OFS) memang menjalani hidup membiara di dunia, dalam keseharian mereka sebagai awam. Andersius sungguh melebur dengan dunia sekitarnya, menebar jala kefransiskanannya kemana pun ia berjalan.

Andersius memang seorang fransiskan sejati, yang tak pernah cepat berpuas diri hanya dengan menghadirkan Tuhan dalam doa dan ofisi. Ia berlari bak mengejar matahari. Gerak lincahnya membuat mata saudara-saudarinya tak kuasa mengikuti. Ia memang seorang rasul yang pergi ke mana saja roh menggiringnya.

Begitulah Andersius membagi perhatian dan cintanya kepada keluarga dan saudara-saudarinya. Sang istri, Ny. Ginting br. Sinaga, putra sulungnya Yoseph Ginting dan putri bungsunya Anastasia Ginting memiliki kesan postif tengan Andersius. Candaan dan sindiran adalah lontaran-lontaran sejuk yang membuat keluarga Andersius Ginting menikmati kehidupan yang dinamis dan riang.



Roh kefransiskanannya juga tampak dari sifat kebapaan yang ia tunjukkan, entah di rumah, lingkungan sekitar, juga di lingkungan Stasi Simalingkar, tempat ia menjadi Dewan Pengurus Stasi dan Prodiakon. Sebagai seorang Prodiakon Andersius selalu siap, bukan saja menghantarkan komuni kudus untuk orang sakit, tetapi juga rajin membesuk orang sakit dan memberi perhatian kepada orang miskin disela-sela kesibukannya.

Sosoknya memang paradoks dan ganjil sebagai seorang Fransiskan masa kini. Disaat sebagian besar saudara-saudari pengikut St. Fransiskus dari Assisi kerap berpuas diri dalam hidup nyaman dan aman di istana biara mereka, sdr. Andersius justru berziarah ke sudut-sudut kota, ke pelosok-pelosok desa demi mengajak orang-orang untuk membantu sesamanya lewat teladan St. Fransiskus dari Assisi. Di tempat-tempat yang dikunjunginya, ia mengabarkan Injil dengan Bahasa yang lugas, tegas dan memesona pendengarnya.

Andersius jujur bertutur tentang hidupnya, termasuk bagaimana ia berjuang dan pernah dibantu oleh sahabat dan sosok yang ia kagumi, Pater Antonio Razoli OFM Conv. yang kini bertugas melayani umat di bumi Borneo, tepatnya di Nunukan.

Andersius memang bukan pesohor, apalagi professor. Ia sosok yang memiliki karakhter orang beriman Ia selalu melibatkan Tuhan dalan hidupnya. Ia sosok rendah hati dan hidup sederhana. Itu yang membuatnya selalu belajar tentang apa saja dari saudara-saudarinya. 

Ia selalu bersyukur dengan kondisinya saat ini, “Aku selalu bersyukur atas hidupku. Hanya dengan cara itu aku bisa melihat, merasakan dan mengalamai providential Dei (penyelenggaraan Ilahi),” katanya dalam sebuah sharing dengan sesama saudaranya di OFS sebulan lalu.

Lagi, Andersius menegaskan, “Maka jangan pernah mengatakan bahwa kebaikan yang kau lakukan taka da guna samasekali. Sebab, semua yang kita lakukan pasti ada gunanya, tentu dengan melibatkan penyelenggaraan Ilahi. Bukankah Tuhan selalu bekerja melalui tangan-tangan tak terlihat?” tuturnya dengan rasa bangga saat berbagai pengalaman dengan sahabat-sahabatnya di Yayasan Persaudaraan Universal Indonesia (YPUI) baru-baru ini.

Demikianlah Andersius dengan tangkas memainkan kata hingga bernats, meramu kalimat ampuh, puitis saat ia menyampaikan ide dan niatnya kepada para pendengarnya. Tak dapat disangkal lagi bahwa Andersius ini pengagum Pater Antony de Mello SJ lewat buku-buku renungan ringkas bernada meditatif. Ia pun memadukan kekuatan refleksi de Mello dan keceplas-ceplosannya seorang Razoli OFM Conv yang selalu to the point saat berbicara dan selalu mampu menebak apa yang ingin disampaikan orang lain.

Asal tahu saja, Andersius selalu bersemangat saat menuturkan sahabatnya, pastor asal Italia. Seperti saudara Razoli, Andersius juga selalu menelurkan kata-kata yang tajam dan terkadang dengan sindiran yang sarkastik hingga menohok hingga ke sumsum pendengarnya. Tetapi di dalam perkataannya terkadung kekuatan rohani hingga orang tak kuasa menyangkalnya.

Hidupnya memang keras. Minimal ia selalu menuturkan ulang kepadaku tentang bagaimana ia dididik di masa kecilnya hingga sekolah dan kuliah di Medan. Pengalaman masa kecilnya itulah yang menurut Andersius turut menjadi alasan mengapa ia menjadi seorang OFS. 

Adalah almarhum ayahnya yang mengajarinya berdoa dengan “Tuhan Kasihanilah Kami”, diikuti oleh doa Bapa Kami. Begitu juga dengan almarhum ibunya yang selalu menekankan pentingnya bersyukur dalam hidup. Ditambah lagi perkenalan hingga berujung pada kekagumannya kepada sosok Oppung Dolok (Pater Elpidius van Djuinhoven OFM Cap) turut memengaruhi ketertarikannya pada St. Fransiskus dari Assisi.

Andersius memahami hidupnya sebagai seorang pengikut St. Fransiskus dari Assisi. Dia sudah melahap habis regula St. Fransiskus dari Asisi, statuta dan berbagai buku-buku bernafaskan semangat St. Fransiskus Assisi sang idolanya. Selain itu, Andersius juga sudah berziarah ke berbagai saudara-saudarinya sesama pengikut Fransiskus atau sering disebut Fransiskan untuk putra dan fransiskanes untuk putri. Biara pertapaan Suster-suster Klaris Sikeben dan Gunung Sitoli adalah tempat favoritnya untuk menggali kedalaman spiritualitasnya.

Sebagai sosok awam pengikut St. Fransiskan Assisi, ia selalu menyediakan waktu untuk mengarahkan hati setiap orang untuk hidup mendekati sifat St. Fransiskus yang menurutnya memiliki KERENDAHAN HATI hingga rela menjadikan semuanya menjadi SAUDARA. Semangatnya ke-Fransiskanan-nya inilah yang selanjutnya menggiring Andersius dipercaya sebagai Minister Regio OFS Keuskupan Agung Medan.

Sebagai seorang awam pengikut St. Fransiskus Assisi, Andersius juga aktif di dunia sekitarnya, tak terkecuali di dunia politik. Kendati tak aktif sebagai orang partai, tetapi ia selalu mengikuti berbagai aktivitas partai, termasuk diantaranya aktif mendukung calon legislatif dari parokinya saat PILEG 2014 lalu, Henry Jhon Hutagalung SE, SH, MH yang kini menjadi Ketua DPRD Kota Medan. Bersamaan dengan proses pemilihan itu, Andersius dan John Henry mendirikan suatu kumpulan bernama Kawanan Sahabat Fransiskus.

Tak hanya di kalangan Katolik, di kalangan umum ia juga menjadi salah satu pewarta lintas agama. Bersama beberapa saudara yang berasal dari berbagai suku, agama dan ras, Andersius bersinergi mendirikan sebuah yayasan yang menaungi perbedaan itu, yakni YPUI (Yayasan Persaudaraan Universal Indonesia).

Dalam laju perkembangannya, sejak didirikan bulan April 2015 silam, YPUI telah memantapkan langkah Andersius untuk menjadikan banyak SAUDARA menjadi Sahabat PUI yang kini diketuai secara non formal oleh Drs. Moren Naibaho (KTU-BPN SUMUT) yang bermuara dengan pencerahan tentang pengurusan surat-surat tanah gereja dan masyarakat demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan di hari mendatang.

Masih dalam konteks universalitas, Andersius juga bersahabat dekat dengan saudara Lusius Sinurat SS., M.Hum, pendiri dan Ketua Dewan Pembina Dukung Ahok Gubernur DKI (DAG-DKI) Jakarta.

Demikianlah Andersius Ginting memaknai hidupnya dengan berbagai aktivitasnya, “Memang penting di mana Anda kemarin atau hari ini, tetapi jauh lebih penting ke mana Anda besok. Semestinya semua saudara-saudari pada umumnya, dan para saudara-saudari Fransiskan khususnya harus menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati, menjadi pendengar yang baik serta mampu melihat dengan mata hati," demikian Andersius menuturkan pesannya menjelang PESTA St. Fransisku dari Asisi, pada tanggal 4 Oktober 2015 mendatang

*Andersius Ginting, OFS - Minister Regio OFS KAM


lusius-sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.