Musafir Politik - Lusius Sinurat

Seorang musafir akan mengembara dari rumah ke rumah menyusuri kota demi kota, menjelajah desa ke desa. Seorang musafir berziarah Bukan pertama-tama Demi menyenangkan dirinya, melainkan demi menyapa sesama berbagi pengalaman dengan siapa saja yang bersedia.

Seorang musafir tak pernah mangkir 'tuk berpikir, sebab baginya tiap peristiwaa selalau membuatnya tak habis pikir. Seorang musafir tak diam dalam hening malam, karena baginya tak ada diam Kecuali saat hidupnya kelam.

Seorang musafir memang taampak hidup tak teratur juga cenderung sulit diatur, sebab baginya hidup adalah kultur yang mengalir dalam alur Dan bukan pertama-tama soaal galur Atau ketaatan pada leluhur.

Bagi seorang musafir, hidup tak berjalan monoton Yg kaku bak robot otomaton yang ruang geraknya tampak oon Yg dikontrol hany oleh remote yang bloon. Bagi musafir, Sang Transenden adalah segalanya, kendati Dia tak pernh dilihatnya Hanya saja ia mengalaminya. 

Bagi musafir Sang transenden melampaui waktu Karena Dia tak ber-ruang dan ber-waktu. Baginya Tuhan adalah segala dan Dia tak bisa dirangkum dalam pengalaman mingguan aatau harian.

Tuhan itu hic et nunc, di sini dan pada saat ini juga. Ia tak hadir dalam kehdiranku, tetapi kehadiranNya bisa saja adalah kehadiranku; dan itu tergantung Dia.

Tuhan, dengan demikian adalah kenyataan yang tak terlihat, hingga si musafir tak mau gegabah mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam pengalaman selamat dari maut saja.

Baginya Tuhan tak terikat dengan pengalaman manusiaj sebaliknya manusia hanya bisa berharap agar Tuhan 'menyempatkan diri' untuk hadir dalam pengalaman mereka.

lusius-sinurat