Kebaikan itu seolah tak terbendung. Tapi emang tak terbendung. Lihatlah dinamika perkembangan grup kita. Sejak awal berdiri hingga saat ini, spirit Ahok ditambah spirit persahabatan antara pengurus/anggota DAG-DKI justru membuat grup kita menjadi besar.
"Semakin hari semakin bertambah. Ini faktanya. Padahal aku pikir tak seheboh dan tak sebanyak ini yang mendukung pak Ahok," kata Ahmad Suryani yang saban hari turun ke lapangan bersama Fellicita Susantio, Lyana Lukito, Yessa, Yohanes Chia,dan sahabat-sahabat lain yang tak muat bila namanya ditulis di sini, yang saban hari keluar rumah, menemui masyarakat dan meminta kesediaan waktu dan kepercayaan mereka untuk mendukung Ahok.
Program pengumpulan 1 JUTA KTP UNTUK AHOK hanyalah salah satu program "sosial" dari sahabat-sahabat Dukung Ahok Gubernur DKI yang dimotori oleh Lusius Sinurat, Yoyok Sunaryo Hadi dan Suheryatno ini.
"Pasti sulit memulainya, maka kita tak pernah buru-buru mengumandangakannya" . Itu yang dikatakan dedengkotnya DAG Lusius Sinurat sekitar bulan Mei lalu. Beliau memang benar.
Saat program ini dimulai, tantangan demi tantangan silih berganti menghampiri DAG-DKI. Tiba-tiba saja ada beberapa orang yang menyerobot dan merasa diri sebagai owner grup ini hingga mencoba memengaruhi member lain agar berpaling ke mereka.
Syukur deh akhirnya selalu ada invisible hand yang melindungi grup dengan member 35rb ini hingga mereka tersadar bahwa mereka masih anggota baru di sini.
Lusius menambahkan tetapi juga jauh lebih sulit menatanya ketika antusiasme masyarakat semakin hari semakin meluas. Berikut gubahan pengalaman beliau sepanjang menjadi bagian dari DAG DKI, yang dituliskannya di grup fesbuk Dukung Ahok Gubernur DKI yang dibidaninya....
AKU KANGEN
Aku kangen DAG DKI dengan suasana dulu, ketika semua tak tampak nyata, tak pernah bersua, apalagi bertatapan mata, tetapi semua saling berbagi informasi satu dengna lainnya. Aku kangen saat DAG DKI hanya bentangan ruang kosong yang siap di isi, yang menanti tiap digit demi digit pertanda rumah ini masih ada penghuni.
Aku kangen saat DAG DKI tak pernah dianggap sebagai lembaga dengan SK Kemenhunkam yang bisa dicantumkan di sampul grup ini, atau ditambahkan pada keterangan grup yang selalu bisa disunting sesuka hati.
Aku kangen saat DAG DKI tak dipusingkan oleh surat-menyurat antar lembaga, atau saat di mana urusan administratif tak menghalangi orang untuk berbagi ide dan opini, bahkan ketika mengungkapkan kepeduliannya pada sesama.
Tetapi ada satu hal yang membuatku TIDAK KANGEN pada semua suasana di atas, yakni ketika perbedaan antara yang maya dan yang nyata semakin tak jelas, bahkan tak terlihat ada yang berbeda dari kedua sisinya.
dan...
Kini, setelah 2 tahun terakhir bergerak bersama sahabat-sahabat DAG DKI pada grup sosial media fesbuk "Dukung Ahok Gubernur DKI" ini rasa kangen itu tetap ada, malah semakin membuncah asa hinggga menarik-narik jiwa karena selalu ingin berjumpa.
Hanya saja rasa kangen itu BERBEDA. Kalau dulu kangenku pada "ruang putih" yang selalu lama dibiarkan kosong, kini kagenku sudah terkonversi menjadi rasa kangen pada "ruang merah'-nya DAG DKI, yang tampil memsona pada diri sahabat-sahabatku yang saban hari lalu lalang di tengah kerumunan, berseliweran di jalanan, hingga tak takut menggedor-gedor rumah masyarakat agar mereka peduli pada bangsanya.
Aku kangen pada peziarahan DAG-DKI, yang dulu sempat tertatih saat "mengumpulkan" hanya dua ribu anggota, bahkan sejenak macet saat anggotanya hanya lima ribu saja.
Aku juga kangen saat mengenang masa di mana hanya ada enam belas ribu members di bulan Februari lalu,tetapi kini jumlah anggotanya tiba-tiba di melunjak hingga dua kali lipat, yakni sebabnya tiga puluh empat ribuan anggota.
Aku memang sedang kangen pda DAG DKI dengan segala kondisinya, yang terbentang dalam sejarah yang bahkan tak pernah terpikir untuk menuliskannya.
Tetapi satu hal yang pasti... rasa kangenku kini malah menjadi-jadi. Sebab, aku kangen tak hanya pada suasana dan nuansa, tetapi juga kangen pada tiap persona dari para sahabat DAG DKI yang saban hari mengisi ruang kosong di sini dan di sana, di Jakarta dan di Nusantara, bahkan di seantero dunia.
Mungkin saja, rasa kangenku sama dengan rasa kangen mereka, yakni rasa kangen pada sosok pemimpin yang mampu mewujudkan mimpi dan kerinduan masyarakatnya. Tak pelak lagi ketika beberapa sahabat di DAG DKI sering mengatakan padaku, bahwa rasa kangenku ini hanya akan bertepi pada hadirnya sosok pemimpin yang bersih, transparan dan peduli pada rakyatnya.
Tampaknya mereka benar, karena saat menulis rasa kangen ini, wajah sang gubernur terlintas di pikiranku. Maka, semoga saja rasa kangen dan penantianku dan penantianmu segera berwujud nyata.
Bisa saja rasakangen ini merupakan cara Tuhan menggiring langkah kita menuju Tjahaja ! Semoga saja semakin banyak pemimpin besar yang lahir dari rasa kangenku itu.
Orang ini adalah salah satunya, Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, MM yang kini sedang memimpin Jakarta.
#SalamDAGDKI