Benar, mereka pernah sakit hati oleh ulah musuh-musuh mereka. Bahkan ada saat di mana kita juga ikut disakiti oleh musuh yang sama.
Tapi mengapa kita bisa merasa sudah cukup menyakiti diri sendiri dengan dendam kepada mereka, " kata seorang wanita paruh baya kepadaku via telepon tadi pagi.
Ia menambahkan
Untung aja aku masih ingat doa yang pernah abang link ke aku...",
"Allah yang mahamulia, saudara segala mahluk:
Di mana masyarakat membutuhkan semoga kami dapat hadir.
Di mana terjadi kekacauan, jadikan kami pembawa damai.
Di mana terlihat keraguan, jadikan kami pembawa kepastian .
Di mana terlihat kemelaratan, jadikan kami pembawa kesejahteraan .
Di mana terlihat situasi perpecahan, jadikan kami pembawa persatuan
Di mana terjadi silang pendapat, ingatkanlah bahwa kami "bersaudara".
Semoga kami lebih suka menghibur dari pada dihibur, membantu daripada dibantu, memahami daripada dipahami.
Jadikan persaudaraan universal ini abadi di masa kini dan di masa yang akan datang. Amin."
Aku hanya terdiam. Kata-katanya sungguh merobek kesadaranku.
"Ah, sobat. Kau emang luarbiasa," jawabku singkat sebelum telepon dia tutup.
Posting Komentar