Mungkin kita lantas akan bertanya, "Saat usia berapa sesungguhnya orang bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri?"
Kenyataannya usia tak selalu sinergis dengan tingkat keberanian seseorang dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
Dalam bahasa yang sangat sederhana para motivator sering mengatakan begini, "Jika secara alami kita sulit mengambil keputusan, maka Anda perlu melatih otak kita untuk menolak kebingungan dan mengambil kesempatan yang sewaktu-waktu muncul untuk membuat pilihan!"
Pernyataan ini menegaskan bahwa 'tingkat kemampuan seseorang dalam memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri' ternyata juga tergantung seberapa sering seseorang berlatih mengambil keputusan.
Memang selalu ada orang yang sangat lambat memutuskan sesuatu, entah karena terlalu banyak pertimbangan, entah karena tak paham mengapa ia harus mengambil keputusan. Di titik inilah kita membutuhkan latihan.
Ya, kita harus melatih diri kita membuat keputusan-keputusan dengan cepat. Kita juga harus mampu mengembangkan kemampuan Anda saat mengambil keputusan-keputusan yang serius, apalagi keputusan itu berpengaruh pada masa depan kita.
Hanya dengan cara di atas lah kita bisa meminimalisir penyesalan atas situasi di mana sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita. Dan hal terpenting melalui latihan itu adalah kita akan menjadi orang yang lebih mampu untuk mengambil keputusan.
Lewat pergaulan dengan mahluk semesta, kita semestinya sudah mampu menjadi orang yang mampu mengambil keputusan. Sebab dengan kemampuan mengambil keputusan kita akan merasa hidup terukur dan terpola.
Tentu saja semua orang khawatir bila keputusan-keputusan yang ia ambil bersifat “buruk”. Ini salah. Semestinya kita harus mengakui bahwa setiap keputusan yang kita ambil pasti akan menggiring kita untuk belajar.
Benar, bahwa setiap orang bisa salah mengambil keputusan. Ini memang terdengar klise, tetapi ini juga kebenaran. Untuk itu kita harus menyadari bahwa menjadi orang yang tidak mampu mengambil keputusan pun merupakan sebuah keputusan.
*****
Hanya dengan cara di atas lah kita bisa meminimalisir penyesalan atas situasi di mana sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita. Dan hal terpenting melalui latihan itu adalah kita akan menjadi orang yang lebih mampu untuk mengambil keputusan.
Lewat pergaulan dengan mahluk semesta, kita semestinya sudah mampu menjadi orang yang mampu mengambil keputusan. Sebab dengan kemampuan mengambil keputusan kita akan merasa hidup terukur dan terpola.
Tentu saja semua orang khawatir bila keputusan-keputusan yang ia ambil bersifat “buruk”. Ini salah. Semestinya kita harus mengakui bahwa setiap keputusan yang kita ambil pasti akan menggiring kita untuk belajar.
Benar, bahwa setiap orang bisa salah mengambil keputusan. Ini memang terdengar klise, tetapi ini juga kebenaran. Untuk itu kita harus menyadari bahwa menjadi orang yang tidak mampu mengambil keputusan pun merupakan sebuah keputusan.
*****
Kembali ke contoh di atas, ketika seorang pria berusia 50 tahun tak mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, maka ia serta merta telah kehilangan peluang positif yang terbentang di hadapannya.
Bisa jadi ia tak berpikir taktis, juga tidak kreatif. Padalah saat berhadapan dengan pilihan yang tidak membutuhkan jawaban secara langsung, kita harus menyediakan tenggat waktu tertentu untuk diri kita sendiri sebelum mengambil keputusan.
Selain itu, si pria paruh baya ini juga tak melakukan hal terpenting sebelum mengambil keputusan, yakni mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait apa yang terjadi di sekitarnya, apalagi hal itu menyangkut hidupnya.
Informasi itu adalah pilihan; dan dengan memiliki cukup informasi secara alamiah kita akan merasa lebih mampu untuk membuat kesimpulan yang tepat. Informasi-infomasi yang telah terkumpul inilah yang harus kita pilah: mana yang baik danman yang buruk. Dengan demikian kita bisa berhitung untun/rugi atas kemungkinan yang akan terjadi.
Selain itu, sebelum mengambil keputusan sebaiknya kita "mundur" sejenak dari situasi 'memilih' itu. Tujuannya adalah untuk bertanya pada diri sendiri dengan segala kemungkinan pilihan dari situasi tersebut. Dengan mundur kita sejenak kita sebetulnya sedang mencari alternatif lain di luar kemungkinan yang sudah ada tanpa terpengaruh oleh anggapan di luar diri kita.
Baik juga sebelum mengambil keputusan kita terlebih dahulu membayangkan hasil dari keputusan yang akan kita ambil. Hal ini penting untuk mengambil keputusan tertentu dari sisi positif maupun sisi negatifnya agar muncul pilihan terbaik pada akhirnya.
Tak kalah penting juga saat mengambil keputusan kita harus mampu mentukan prioritas: prioritas manakah yang paling penting bagiku? Cara yang disebut terakhir ini mengandaikan bahwa kita harus selalu belajar dari masa lalu, terutama saat di mana kita pernah mengambil sebuah keputusan saat menghadapi situas serupa.
Akhirnya, dalam mengambil keputusan kita harus hidup di masa kini. Benar bahwa kita perlu belajar dari masa lalu demi kemudahan di masa kini. Akan tetapi pada akhirnya kita perlu selalu mengingat bahwa kita sedang berada di dalam masa kini.
Bisa jadi ia tak berpikir taktis, juga tidak kreatif. Padalah saat berhadapan dengan pilihan yang tidak membutuhkan jawaban secara langsung, kita harus menyediakan tenggat waktu tertentu untuk diri kita sendiri sebelum mengambil keputusan.
Selain itu, si pria paruh baya ini juga tak melakukan hal terpenting sebelum mengambil keputusan, yakni mengumpulkan sebanyak mungkin informasi terkait apa yang terjadi di sekitarnya, apalagi hal itu menyangkut hidupnya.
Informasi itu adalah pilihan; dan dengan memiliki cukup informasi secara alamiah kita akan merasa lebih mampu untuk membuat kesimpulan yang tepat. Informasi-infomasi yang telah terkumpul inilah yang harus kita pilah: mana yang baik danman yang buruk. Dengan demikian kita bisa berhitung untun/rugi atas kemungkinan yang akan terjadi.
Selain itu, sebelum mengambil keputusan sebaiknya kita "mundur" sejenak dari situasi 'memilih' itu. Tujuannya adalah untuk bertanya pada diri sendiri dengan segala kemungkinan pilihan dari situasi tersebut. Dengan mundur kita sejenak kita sebetulnya sedang mencari alternatif lain di luar kemungkinan yang sudah ada tanpa terpengaruh oleh anggapan di luar diri kita.
Baik juga sebelum mengambil keputusan kita terlebih dahulu membayangkan hasil dari keputusan yang akan kita ambil. Hal ini penting untuk mengambil keputusan tertentu dari sisi positif maupun sisi negatifnya agar muncul pilihan terbaik pada akhirnya.
Tak kalah penting juga saat mengambil keputusan kita harus mampu mentukan prioritas: prioritas manakah yang paling penting bagiku? Cara yang disebut terakhir ini mengandaikan bahwa kita harus selalu belajar dari masa lalu, terutama saat di mana kita pernah mengambil sebuah keputusan saat menghadapi situas serupa.
Akhirnya, dalam mengambil keputusan kita harus hidup di masa kini. Benar bahwa kita perlu belajar dari masa lalu demi kemudahan di masa kini. Akan tetapi pada akhirnya kita perlu selalu mengingat bahwa kita sedang berada di dalam masa kini.
Posting Komentar