Motto "Connecting People" ini demikian memesona hingga tercipta sebuah imej bahwa "aku bisa menghubungi siapa pun dengan menggunakan ponsel Nokia".
Bahkan dibawah sadar banyak orang saat itu ponsel Nokia adalah mesin pencari keberadaan siapa saja yang ingin dihubungi kembali.
Ponsel atau kerap dinamai dengan sebutan bahasa Inggrisnya, handphone (HP) seakan identik dengan nokia. Buktinya, saat bertugas di Pulau Nias pada tahun 2006 silam aku menemukan sebuah fakta di mana "HP diidentifikasi dengan merek Nokia: "Nokia adalah HP dan HP adalah Nokia!" Luarbiasa bukan?
Tanpa bermaksud mempromosikan merek ponsel produk sebuah negara kecil di Eropa ini, Nokia tmemang telah terbukti menguasai pangsa pasar alat komunikasi canggih saat itu.
Kuncinya ada pada motto yang selalu tampil sebagai salam pembuka saat kita menyalakan ponsel Nokia, yakni "Connecting people".
Tentu saja kita semua setuju bahwa ponsel atau semua alat komunikasi yang super duper canggih sekalipun hanyalah media penghubung antar orang yang satu dengan orang lain.
Pendek kata, telepon genggam hanyalah alat ciptaan manusia yang fungsinya memperpendek jarak, melampau batas dan sekat-sekat geografis, bahkan menghilangkan limitasi-limitasi lainnya dalam usaha menjalin komunikasi antar manusia. Alat itu membantu kita mengirim pesan dan menerima pesan.
Ini lantas berarti bahwa keterkaitan antara seseorang dengan orang lain hanya bisa dijembatani oleh komunikasi: "Aku mengenalmu karena aku pernah berkomunikasi secara langsung atau melalui sarana tekonologi komunikasi, entah secara verbal atau secara non verbal denganmu".
Ringkasnya, komunikasi adalah kunci sebuah relasi. Tanpa komunikasi manusia tak mungkin bisa terhubung satu sama lain. Teori ini bahkan berlaku pada komunikasi batin sekalipun, bahkan komunikasi ala dukun sekalipun.
Dalam teori ilmu komunikasi yang paling sederhana dikatakan bahwa komunikasi adalah penghubung antar sipengirim (sender) dan si penerima (reciever) pesan. Apa yang dikirim dan diterima itulah yang kita sebut sebagai isi komunikasi (pesan).
Sekat-sekat berupa jarak, waktu, letak geografis, termasuk batas antar negara adalah penghalang komunikasi langsung. Dan "media penghubung" bagi keterbatasan inilah yang coba dipangkas oleh para ahli pencipta telepon, handphone hingga kini lewar smartphone.
Pendek kata, lewat kecanggihan yang selalu dimutahirkan oleh para produsen smartphone, diharapkan komunikasi antar manusia semakin lancar.
Tentu saja ini tak ada kaitannya dengan "cara memperpendek jarak antara manusia dengan Penciptanya" sebagaimana akhir-akhir ini semarak kita saksikan.
Telepon genggam atau smartphone yang dihiasi dengan gadget-gadget imutnya, tak lantas ditujukan untuk memperpendek jarak antar surga dengan dunia, atau menghadirkan neraka di kehidupan nyata kita.
Smartphone tetaplah alat atau media penghubung komunikatif antar manusia, dan bukan perekat relasi dengan Sang Pencipta, sebagaimana akhir-akhir ini dipahami sebagian orang yang mengunggah foto imajinatif tentang keindahan surga atau menakuti-nakuti akun-akun yang terkait dengannya dengan gambar imajinatif neraka pejuh api dan derita.
Smartphone juga tak diciptakan sebagai pengganti doa atau media pencatat sumpah kesetiaan seseorang pada Tuhannya, hingga banyak orang sesaat sebelum makan bukannya berdoa melainkan memotret makanannya terlebih dahulu.
Bukan! Bukan itu. Secanggih apa pun alat komunikasi Anda, fungsinya hanya satu, yakni mempermudah keterhubungan antar manusia sebagai mahluk sosial atau meminjam motto Nokia di atas, "CONNECTING PEOPLE!"
Posting Komentar