iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Sungguh, Aku Benci Rasa Rindu Malam Ini

01:24
Mataku tak kuasa untuk terpejam. Padahal sekarang sudah larut malam; bahkan nuansa hening pun sudah nyaris sempurna melingkupi seluruh kota.

Tak ada suara, apalagi nada. Hanya pikiranku yang terus-menerus bekerja dan ingin berkata-kata: entah tentang apa, entah tentang siapa, entah dengan siapa.


01:25
Sepanjang usiaku, pengalaman seperti ini sungguh ini tak biasa.


01:33
Aku pernah memeluk kematian, di saat orang-orang tercinta pergi begitu saja ke rumah Sang Pencipta: tanpa pamit, apalagi meninggalkan sepucuk surat atau sebait nada.

Kurang lebih setahun lalu, aku pun pernah nyaris kehilangan asa: ketika kepercayaan berbalas nista; ketika kesetiaan berbalas hianat rasa; ketika kepolosan rasa justru berbalik menjadi racun oplosan berparaskan cinta; juga di saat kejujuran dan niat baik tak kunjung berbuah kemujuran. Toh semua derita itu bisa berlalu hanya dengan mengandalkan logika.

01:34
Tapi, entah mengapa, di kegelapan dini hari ini, logika ku sedang tak asyik diajak bercengkerama.


01:48
Sungguh, aku butuh pemikiran rasionalku kembali ke tempatnya yang mulia. Aku ingin tubuhku kembali kuta seperti sediakala.

Bahkan aku berdoa agar hatiku mampu membersihkan jiwa yang sejak pukul 01:23 tadi melayang entah ke mana.


01:50
Aroma bantal ini menggiring angan menewarang ke sebuah pedesaan nan panas nun jauh di sana. Bahkan "peta abstrak" dari hasil kreasi 'tinta mulutnya' berupa gambar hati yang terluka yang tertinggal di sarung bantalku semakin menerbangkan jiwaku segera ingin ke sana: hanya ingin sekedar melihatnya di anjangsana.


01:54
"Dia pasti sedang terbaring bak putri raja nan manja," lantas, siapa yang akan memotretnya
"Dia pasti sedang meronta-ronta dan menendang selimutnya ke delapan arah mata angin," lantas siapa selalu siaga merapikannya di sana?

"Dia suka menindih tangannya sendiri, entah tangan kiri entah tangan kanannya, di bawah tubuhnya yang cukup tambun tapi lembut, atau... dia pasti sering menjatuhkan kepalanya menjauh dari bantal yang telah dilukisnya, " lalu siapa yang akan mengembalikan tubuhnya ke posisi semula, posisi nyaman untuk terlelap di ranjangnya?


01:59
Aku juga tak pernah lupa, "Saat tangan kanannya sesekali mengusap bekas aliran iler di mulutnya yang sudah keburu tumpah," lalu siapa yang akan mengerem laju air liurnya yang terkadang deras dan melukis sepenjuru sarung bantalnya?

"Di saat nyenyak ia seakan tak lupa sesekali menggaruk kepalanya yang gatal, atau jidatnya yang rupanya cukup sering gatal" lantas siapa yang akan mengusap pipinya dan membelai rambutnya hingga ia kembali terlelap? 



02:05
Malam ini, siapa yang menggoda dan mencium bibirnya dengan lembut saat bibirnya sesekali monyong di kala terlelap? Siapa yang akan memaksanya minum segelas air putih di saat ia terjaga? Ke leher siapa tangannya akan ia lingkarkan di saat ia bermalas-malasan untuk dibangunkan?"



02:07
Saat ini, siapa yang siap disampingnya seperti sediakala: memanjakannya bak putri raja nan jelita?


* * * * * 


02:09
.....di saat anganku melayang dan tubuhku terasa terbang mengangkasa ke rumah orangtuanya, aku terbangun karena terikan para gamers gila di warnet depan rumahku. Ya, siapa lagi kalau bukan gerombolan anak muda yang saban malam higga pagi rela membelalakkan mata demi kepuasan bermain di layar monitor sewaan mereka?


02:10
Bener saja. Ternyata aku sedang mengepak sayap angan ke dalam tubuhnya yang sedang terlelap. Hingga aku baru sadar.... kini aku hanya berbaring dengan mata terbelalak, bersama bantal guling dengan sarung yang tak lagi bening. Untunglah aku bisa tersenyum... membayangkan kekasih jiwaku bisa terlelap nyaman di keheningan aura pedesaan yang dikelilingi area persawahan tadah hujannya.


02:11
Ternyata aku cuma RINDU yang amat sangat kepada belahan jiwaku !


02:18
.....Sungguh aku benci pada RASA RINDU pagi ini. Ia telah mencuri jam tidurku dan mengesampingkan hak tubuhku untuk sejenak beristirahat. Parahanya, rindu di pagi ini seperti menghukumku, menjerumuskan jiwaku ke dalam kurungan para jomblo merana berkasta Sudra: di sini, tanpa siapa-siapa. Tanpa suara, tanpa bersetubuh dengan logika sendiri. Bahkan tanpa tahu harus berbuat apa.


02:20
Aku membencimu, wahai RASA RINDU ! Tetapi aku juga harus berterimakasih padamu. Sebab melaluimu tautan rasa itu terjembatani di pagi hari yang sepi ini...

Sampangan-Semarang, 05.01.2014  Pkl. 02:20