Sebagai orang normal tentu kita tahu kalau Natal itu kelahiran, tetapi kini, perayaan Natal tak lagi disyukuri sebagai bertambahnya anggota baru dalam keluarga.
Ya, bertambahkan anggota baru dalam keluarga! Logikanya, perayaan Natal adalah perayaan syukur atas bertambahkan manusia baru dalam keluarga. Tak lebih tak kurang! Maka, biasanya kelahiran dirayakan tak lebih besar dari keberhasilan si bayi kelak.
Anehnya, hari-hari ini, perayaan Natal justru disyukuri karena semakin sedikit yang merayakan maka semakin elegan dan terkesan hebring-lah (hebat, ekslusif) perayaan itu. Ini sama saja dengan mengkondisikan yang lain mati dan tak boleh bergabung.
Dalam dunia manajemen ini disebut efektivitas. Efektivitas tentu sangat bagus dalam dunia kerja. tanpa efektivitas sebuah perusahaan tak mungkin bisa 'hidup'.
Tapi, dalam konteks sosial, Anda tahu tentunya bawha efektifitas juga punya konsekuensi menempatkan "the right man in the right place" hingga (kalau tidak hati-hati) bisa berujung pada ekslusifitas yang melahirkan kelas-kelas tertentu.
Sehingga bisa terjadi kita mau makan bersama hanya dengan mereka yang kita kenal, bekerjasama hanya dengan orang se-kelas kita, bergaul hanya dengan orang sepantar kita, dst ... hingga kita hanya merayakan Natal dengan orang-orang se-kelas dengan kita!
Melihat perayaan-perayaan Natal yang dirayakan di tengah masyarakat maka kita akan terkejut dengan fakta bahwa Natal dipahami sebagai perampingan jumlah anggota keluarga.
Dalam bahasa yang lebih vulgar, Natal pun telah menjadi pengurangan jumlah anggota baru dalam keluarga, atau menambahkan jumlah anggota baru tetapi berdasarkan kriteria kita. Jangan heran ketika Natal pada hari-hari ini justru dirayakan sebagai perayaan tertutup dan terkesan ekslusif - sebagaimana telah saya sebut di atas.
Lewat perayaan Natal orang kristen di jaman ini, sadar atau tidak sadar, justru telah menjadikan Yesus sebagai "the Other" atau "Foreigner", si orang asing yang pantas dikasihani dan tak boleh lagi ada di palungan: "Mari kita bahwa dia nginap di hotel milik bokapnya si Paris Hilton!"
Artinya, melalui perayaan-perayaan Natal yang ada, Yesus yang dibutuhkan tak lain adalah 'yesus pragmatis' dan 'yesus artis'. Lanjut Baca!
Ya, bertambahkan anggota baru dalam keluarga! Logikanya, perayaan Natal adalah perayaan syukur atas bertambahkan manusia baru dalam keluarga. Tak lebih tak kurang! Maka, biasanya kelahiran dirayakan tak lebih besar dari keberhasilan si bayi kelak.
Anehnya, hari-hari ini, perayaan Natal justru disyukuri karena semakin sedikit yang merayakan maka semakin elegan dan terkesan hebring-lah (hebat, ekslusif) perayaan itu. Ini sama saja dengan mengkondisikan yang lain mati dan tak boleh bergabung.
Dalam dunia manajemen ini disebut efektivitas. Efektivitas tentu sangat bagus dalam dunia kerja. tanpa efektivitas sebuah perusahaan tak mungkin bisa 'hidup'.
Tapi, dalam konteks sosial, Anda tahu tentunya bawha efektifitas juga punya konsekuensi menempatkan "the right man in the right place" hingga (kalau tidak hati-hati) bisa berujung pada ekslusifitas yang melahirkan kelas-kelas tertentu.
Sehingga bisa terjadi kita mau makan bersama hanya dengan mereka yang kita kenal, bekerjasama hanya dengan orang se-kelas kita, bergaul hanya dengan orang sepantar kita, dst ... hingga kita hanya merayakan Natal dengan orang-orang se-kelas dengan kita!
Melihat perayaan-perayaan Natal yang dirayakan di tengah masyarakat maka kita akan terkejut dengan fakta bahwa Natal dipahami sebagai perampingan jumlah anggota keluarga.
Dalam bahasa yang lebih vulgar, Natal pun telah menjadi pengurangan jumlah anggota baru dalam keluarga, atau menambahkan jumlah anggota baru tetapi berdasarkan kriteria kita. Jangan heran ketika Natal pada hari-hari ini justru dirayakan sebagai perayaan tertutup dan terkesan ekslusif - sebagaimana telah saya sebut di atas.
Lewat perayaan Natal orang kristen di jaman ini, sadar atau tidak sadar, justru telah menjadikan Yesus sebagai "the Other" atau "Foreigner", si orang asing yang pantas dikasihani dan tak boleh lagi ada di palungan: "Mari kita bahwa dia nginap di hotel milik bokapnya si Paris Hilton!"
Artinya, melalui perayaan-perayaan Natal yang ada, Yesus yang dibutuhkan tak lain adalah 'yesus pragmatis' dan 'yesus artis'. Lanjut Baca!
Posting Komentar