Tersebutlah di sebuah desa yang indah hidup sebuah keluarga bahagia yang rukun damai dan ibadahnya taat. Keluarga ini sedang berbahagia karena baru saja hadir anggota keluarga baru yang ‘unyu-unyu’ agak bulat dan menggemaskan. Karena lahir di keluarga dan lingkungan Jawa maka diberilah nama Jawa yang khas kepada anak ini yaitu Gembul yang berarti “mengGEMaskan dan BULat” ya kira-kira kayak gitulah. Kita anggap aja kayak gitu, gak usah diperdebatkan.
Pada saat kelahiran anak ini cuaca desa yang indah itu sangatlah bersahabat. Malam itu kira-kira pukul 21.00 Wib. Cahaya bulan tampak indah menerangi malam itu. Sepertinya alam raya juga turut bahagia bersama keluarga yang telah dianugerahi anak perempuan yang soleha.
Karena kelahiran anak ini dibantu oleh dukun beranak, maka biasanya ada tanda-tanda yang bisa di baca oleh sang dukun ketika proses kelahiran anak ini. Sang dukun meramalkan masa depan anak ini dan menuturkannya kepada kedua orang tua Gembul tentang apa yang akan dialaminya di masa depan.
Begini kira-kira dia menuturkan dengan seksama : “Anak ini akan tumbuh besar dan soleha, karena bulan bersinar terang pada malam ini. Aku melihat anak ini sedang duduk di bawah pohon bambu. Dan bambu ini hanya tumbuh sebatang, tidak seperti bambu yang biasanya serumpun. Anak ini tampak sedih dan gelisah.
Entah apa yang dipikirkannya. Tapi kemudian dari balik semak belukar di sekitar batang bambu yang tumbuh tegak itu, datang seorang anak lelaki yang membawa ‘hasapi’ di tangannya. Hasapi itu alat musik petik berdawai seperti gitar namun hanya memiliki 2 buah senar. Hasapi adalah alat musik tradisional dari Batak Toba di Sumatera Utara.
Anak lelaki itu dengan tenang memainkan hasapi itu dengan merdu dan segera memecah keheningan malam di hutan itu. Bulan juga bersinar menerangi malam itu dan membuat pohon bambu yang tumbuh tegak itu bercahaya karena diterpa cahaya keemasannya. Seketika Gembul tersenyum mendengar dentingan suara dari alat musik berdawai itu.
Sedih dan gundahnya kini sirna dan digantikan dengan senyuman manisnya. Sang anak lelaki pemain hasapi itu duduk tak jauh dari Gembul di sekitar batang bambu itu. Tanpa ragu Gembul pun mendekati anak lelaki itu sambil tersenyum. Anak laki-laki itu hanya tersenyum kecil kemudian melanjutkan petikan hasapinya.
Malam yang dihiasi bulan dan ditemani sebatang bambu yang berdiri tegak mendadak menjadi begitu romantis. Kedua insan yang belum saling mengenal ini hanyut dalam suasana mesra dan tenang itu.” Begitulah aku melihat suasana yang terjadi pada saat proses kelahiran anak ini, kata dukun beranak itu dengan nada rendah.
“Aku yakin dia akan menemukan tambatan hatinya ketika ia dewasa nanti dan menghilangkan semua sedihnya seperti apa yang aku ceritakan tadi,” tambah dukun beranak itu.
Apakah Gembul akan menemukan tambatan hatinya ketika dia sudah dewasa seperti ramalan dukun beranak itu ? Mari kita tanya Tappin, barangkali di sana ada jawabnya. :D Hahahahahhaha... :D
Plato Ginting
Malam yang dihiasi bulan dan ditemani sebatang bambu yang berdiri tegak mendadak menjadi begitu romantis. Kedua insan yang belum saling mengenal ini hanyut dalam suasana mesra dan tenang itu.” Begitulah aku melihat suasana yang terjadi pada saat proses kelahiran anak ini, kata dukun beranak itu dengan nada rendah.
“Aku yakin dia akan menemukan tambatan hatinya ketika ia dewasa nanti dan menghilangkan semua sedihnya seperti apa yang aku ceritakan tadi,” tambah dukun beranak itu.
Apakah Gembul akan menemukan tambatan hatinya ketika dia sudah dewasa seperti ramalan dukun beranak itu ? Mari kita tanya Tappin, barangkali di sana ada jawabnya. :D Hahahahahhaha... :D
Plato Ginting
Posting Komentar