Sejak Arnold Schoenberg memnciptakan dan membuat rumusan sistem 12 nada atau dodekafon sepertinya musik barat sudah “habis” sulit untuk dikembangkan dan diolah.
Kini banyak ilmuan, musikolog juga para komponis barat mulai melirik daerah asia termasuk indonesia sebagai daerah yang kaya akan materi budaya/musik.
Mereka belajar ke daerah-daerah asia dan mulai menulis serta menciptakan karya-karya baru berdasarkan hasil studi dan pengalaman mereka selama belajar atau mereka kaji di daerah yang mereka kunjungi.
Misalnya gamelan. Gamelan bukan lagi hanya milik indonesia tapi sudah milik dunia karena gamelan sudah menjadi pelajaran wajib dan juga sudah diproduksi di beberapa negara.
Masih banyak lagi budaya/musik asia terutama indonesia yang dipelajari/dikaji orang barat. Bagaimana dengan kita orang indonesia, sejauh mana kita peduli dengan budaya kita sendiri, sejarah budaya/musik, karya-karya seni/musik pendahulu (Beethoven dan Mozart Indonesia) kita?
Menurut saya kita punya sejarah yang panjang dalam hal seni budaya/musik, karya-karya yang klasik yang hebat, pemikiran-pemikiran yang hebat, maestro-maestro seni/musik, mengapa kita tetap berjalan dan tenggelam dengan arus barat, dengan segala teori dan karya-karya hebat mereka, padahal kita memiliki itu semua?
Bukankah karena mereka begitu takjub dengan segala kekayaan/musik kita sehingga mereka datang ke tempat kita untuk mempelajarinya?
Mengapa kita-terutama mahasiswa seni/musik/budaya-tidak mempelajari dan mengangkat budaya kita sendiri, indonesia?
Penulis:Tappin Saragih
Editor:
Posting Komentar