Dikatakan bahwa burung merpati tak punya haati yang mendua. Merpati selalu setia pada pasangannya; dan setiap kali, perhatiannya terarah hanya pada pasangannya. Ada enggak sih merpati yang pernah ingkar janji ?
Dalam Perjanjian Lama, arti nama Yunus sesungguhnya adalah "merpati", tapi ia dia itu "merpati" yang sepintas suka ingkar janji (Yunus 1:1-16). Yunus sudah terlanjur dipublikasikan sebagai simbol orang tidak taat jani, bahkan dengan segaja menolak perintah Tuhan. Tuhan memerintahkannya agar pergi ke Niniwe, eh... ia malah melarikan diri ke Tarsis. Ia Ia "membayar kapal, naik kapal, pergi jauh dari hadapan TUHAN" (Yunus 1: 3).
Ingkar janji memang harus dapat ganjaran. Bukankah dalam relasi kita juga selalu begitu ? Seorang suami yang selingkuh dan tidak taat pada janji perkawinannya dapat ganjaran harus tidur selama satu bulan di sofa, dan bukan di ranjang bersama istrinya. Seorang pacar yang ingkar janji akan diganjar kekasihnya dengan dicuekin. Seorang mitra bisnis yang ingkar janji akan disingkirkan dan segera mencari gantinya. Demikian juga dengan Yunus.
Tuhan memberinya ganjaran akibat ulahnya yang ingkar janji. Tuhan menurunkan badai besar ke tengah laut, tempat kapal yang ditumpangi Yunus ke Tarsis. Kapal besar itu pun nyaris karam. Awak kapal pun bingung bercampur takut tak karuan, karena memang badai itu tak wajar. Para awak kapal pun membuang undi guna mengetahui siapa gerangan dari para penumpang sebagai penyebab malapetaka tersebut: “Siapa gerangan yang membuat dewa laut marah?”
Sial, Yunus mendapat undi. Tak bisa mengelak lagi, Yunuspun mengaku dengan besar hati, "Aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu" (Yunus 1: 12). Lantas ia pun meminta agar orang-orang membuangnya ke laut. Aneh bin ajaib. Setelah ia disingkirkan dari kapal itu, laut pun reda.
Selanjutnya inilah yang terjadi : "orang-orang di kapal itu menjadi sangat takut kepada TUHAN dan kemudian mempersembahkan korban sembelihan bagi Tuhan dan mengikrarkan nazar" (Yunus 1:16).
Pertanyaannya adalah apakah seseorang yang ingkar janji bisa berubah ? Benarkah pendapat yang selama ini mengatakan bahwa sekali orang ingkar janji maka selamanya ia akan mudah dituduh sebagai orang yang selalu ingkar janji ?
Pertanyaannya adalah apakah seseorang yang ingkar janji bisa berubah ? Benarkah pendapat yang selama ini mengatakan bahwa sekali orang ingkar janji maka selamanya ia akan mudah dituduh sebagai orang yang selalu ingkar janji ?
Kisah Yunus kiranya menjadi contoh untuk hal sebaliknya. Sikap ingkar janji bisa ditebus dengan menjalankan hukuman atau ganjaran sembari berani mengubah sikap menjadi lebih baik. Kesadaran bahwa ia telah ingkar janji menggiring Yunus untuk mengakui dengan besar hati bahwa sikap itu bahaya, bukan saja bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain.
Pengingkaran janjinya bisa berimbas pada karamnya kapal dan hilangnya nyawa ratusan orang yang ada di kapal itu.
Di sinilah kisah ini tak saja menarik, tetapi memberi satu pesan bagi kita semua. Rasanya tak pernah orang bebas dari sikap ingkar janji. Semua kita pernah ingkar janji. Sejauh saya alami sendiri, pengakuan bahwa kita telah mengingkari janji kita sendiri pada akhirnya bukan saja membuat hati lega, tetapi juga apabila ganjaran dijatuhkan atas kesalahan tersebut akan kita jalani dengan tulus, karena kita sadar garansi itu bertujuan demi kebaikan kita.
Ya, demi perubahan sikap kita menjadi orang yang taat. Inilah yang dilakukan Yunus. Ia mengaku saat kena undi bahwa dirinyalah penyebab malapetaka itu. Bahwa pada akhirnya ia harus mengorbankan nyawa karena sikapnya itu tak lagi masalah baginya. Karena itu berarti ia telah menyelamatkan ratusan nyawa lain yang sama-sama diterkam musibah.
Imbas sebuah pengakuan dosa adalah: masalah bisa selesai. Bahkan orang lain mengakui kekuatan Tuhan. Ketika kita salah, apakah kita berani mengakuinya secara kesatria? Atau, kita bersembunyi di balik segala alasan dan "tidur nyenyak" (Yunus 1:5)?
Imbas sebuah pengakuan dosa adalah: masalah bisa selesai. Bahkan orang lain mengakui kekuatan Tuhan. Ketika kita salah, apakah kita berani mengakuinya secara kesatria? Atau, kita bersembunyi di balik segala alasan dan "tidur nyenyak" (Yunus 1:5)?
Yunus, "sang merpati" sempat hendak ingkar, tetapi akhirnya ia mau belajar setia pada Tuhan. Sudahkah kita juga? Dengan kata lain, seorang pahlawan iman ialah ia yang selalu berhati kesatria, karena ia tahu bahwa Tuhan melihat segala isi hatiNYA.
Posting Komentar