Judul di atas adalah kalimat yang biasa didengungkan oleh anak-anak muda di Medan (Sumut). Ungkapan ini biasanya ditujukan bagi mereka yang demen ngomongin orang lain atau mereka yang sangat lincah mencari kesalahan orang lain.
Semasa berkarya di Cimahi awal tahun ini, saya juga menjumpai orang jenis ini. Parah? Memang Sangat parah ! Tipe ini biasanya menjijikkan.
Dihadapan kita (juga bila sama-sama berhadapan dengan orang yang jabatannya lebih tinggi dari kita berdua) dia akan bermuka manis. Sebaliknya, di belakang kita, lidahnya licik merayu, menari berselimutkan bau busuk dan kata-kata sinis, najis, menyengat, dan menyayat hati.
Kok ada ya orang jenis ini? Sejauh saya alami, orang semacam ini lahir darai boroknya di masa lalu. Misalnya, ia berasal dari keluarga miskin dan nyaris menderita, dan datang darai kampung yang nyaris tak terjamah kemajuan jaman.
Sebaliknya sekarang dia memiliki posisi tawar (pilihan dan kesempatan) yang lebih besar, entah karena jabatan 'suci' yang ia terima dari hasil menjilat, atau juga karena hoki dibantu orang. Selanjutnya, lingkungan sekitar dan orang-orang dengan siapa ia bergaul turut mempengaruhi perkembangan negatif manusia sirik macam ini.
Oleh karena itu, tak mudah baginya menilai keberhasilan orang lain, apalagi orang itu adalah 'bawahan' nya, atau orang yang lebih muda usianya. Juga tak kalah menjijikkan ialah saat ia tak pernah bisa menerima orang lain 'bangkit melejit' dalam waktu relatif singkat sementara ia berjalan (ab)normal.
Bibirnya pun tak kuasa untuk dikatupkan...bau mulutnya akan segera memenuhi ruang pembicaraannya dengan orang yang se-tipe dengannya. Ia dan sesama IRI HATI-ers nya akan doyan mojok dan berbisik-bisik di sudut-sudut 'gedung' yang nyaris tak terlihat.
Satu hal yang sangat mengejutkan kita adalah, bahwa orang dengan tipe busuk ini tak lain tak bukan adalah orang yang punya kesempatan untuk memilih (menjadi orang hebat dan terhormat).
Namun sungguh disayangkan, ia lebih memilih untuk menjatuhkan orang yang lebih hebat dari dirinya, dengan cara memanfaatkan posisi dan relasi demi mendapat posisi harta yang tak kunjung habis.
Entah unutk apa, tetapi ini sungguh terjadi! Mereka sepintas tampak ingin keluar secepatnya (baca: melupakan) dari masa lalunya yang suram dan seram... tetapi bukannya memaksimalkan kesempatan yang ada secara jantan dan bermakna.
Mereka kok lebih memilih cara "menarik perhatian" atasan atau pimpinannya, atau yang lebih sering terjadi dengan menjelek-jelekkan rekan sejawatnya... hanya demi jabatan/posisi yang ia inginkan atau ambisi yang ia pendam sepanjang hidupnya.
Siapa yang tak mau mendapat uang dengan mudah? Siapa yang akan rela kehilangan kesempatan 'mencuri' hati dan harta orang-orang kaya di sekitarnya? Siapa yang rela tidak populer sementara orang yang baru datang saja sudah berbuat banyak dan populer?
Bila jenis ini adalah pemimpin yang posisinya medium, maka rasa irinya akan diusahakan tidak tampak di depan relasi yang kelak ia harapkan mau membelinya dengan suaranya.
Bila jenis ini adalah pemimpin nomor satu, maka ia akan segera mencari posisi aman dengan mengorbankan belaskasih dalam pekerjaannya.
Tak pernah terpikir oleh mereka, betapa orang lain (bawahannya, jemaatnya, atau siapa pun di sekitarnya) yang ada di luar sana harus saling berdesakan, berpeluh keringat, terinjak-injak, pingsan kelelahan demi mendapat kesempata untuk mencukupi kebutuhannya.
Bagi si IRI HATI ini, tak ada orang yang boleh lebih tinggi atau lebih berpengaruh dari dirinya. Dan untuk itulah ia mencari cara-cara munafik di atas!
Tak boleh ada orang lain yang lebih kaya, lebih hebat, lebih terkenal, lebih baik. dst. Untuk itu, sepanjang hidup ia hanya menjalankan hidupnya dengan satu cara : hidup penuh keIRIHATIan dan kecemburuan.
Padahal si IRI HATI ini tak menyadari bahwa dirinya adalah jenis orang 'hoki' dalam hal pekerjaan/posisi tertentu. Ia kerap mendapat posisi bagus, di beberapa tempat....tak peduli ia mendapatkannya dengan alasan sakit, menjilat, dan berkelebat dengan menjelekkan rekan kerjanya atau cara lain sejenisnya.
Namun sebaliknya, karena rasa IRI HATI nya ia selalu menjadi orang yang paling banyak tergoda oleh uang dan kuasa, hingga ia seringkali berpindah-pindah tugas dari satu ke lain tempat lain, karena selalu bermasalah soal uang (dengan berkelit menaikkan keuntungan komunitas / lembaga / perusahaannya) dan kuasa.
Si IRI ini juga kerap dipindah secara paksa karena selalu punya 'affair' dengan orang yang ia layani. Menyedihkan sekaligus menjijikkan! Sebab, ia yang semestinya punya potensi dan memiliki banyak kesempatan, eh malah menyia-nyiakan anugerah Tuhan yang telah ia dapatkan.
Majalaya, 18 September 2011 - Inspirasi : Bacaan HMB XXV (A/I): Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24.27a; Mat 20:1-16a
Posting Komentar