Injil Mat 20:1-16a membentangkan satu hal penting dalam hidup manusia, yakni bahwa hidup ini bukan soal 'hoki', atau banyaknya kesempatan atau tingginya posisi yang ditawarkan kepada kita.
Hal terpenting dalam hidup adalah kesetiaan dan rasa syukur kita atas kesempatan itulah kita kita bernilai di hadapan Tuhan.
Lewat perumpaan yang sensitif dan kontrovesial ini (Catatan: Tak banyak pengkotbah yang berani mengulas kutipan ini secara lugas dan mendalam; bahkan dari 4 penulis Injil, hanya Matius yang berani menulis perumpamaan ini) Yesus menyentuh bagian terdalam dan paling peka dalam diri kita para pengikutNya.
Bagian yang dimaksud ialah hati, tempat iri hati berkelit dan berembunyi. Di sini Yesus menyindir para pemimpin jemaat yang doyan bermunafik ria. Rasa iri hati memang tersembunyi di balik tirai ajaib bernama tubuh.
Tak mudah untuk menebak seseorang berbuat baik karena memang ingin berbuat baik atau karena hanya karena ia menginginkan balasan semata... atau hanya untuk menjatuhkan orang lain..??? Kita tidak tahu. Yang jelas, banyak orang menyia-nyiakannya hidupnya dengan menjatuhkan orang lain! Gelo !!!
Mari sejenak kita belajar dari perumpamaan ini. Seorang pekerja yang datang pada petang hari dan hanya bekerja 1 jam, digaji sama dengan orang yang sudah bekerja sepanjang hari. Harusnya sih orang yang lebih lama bekerja harus digaji lebih besar dong!
Tapi tenang dulu... ini bukan soal 'ketidakadilan'. Toh, sebelum dipekerjakan di antara majikan dan pekerja sudah ada perjanjian, termasuk menyangkut besaran gaji. Faktanya, semua pekerja sudah deal kok.
Jadi masalahnya apa sih? Ini dia yang mesti kita cermati. Sepintas si pekerja yang sudah bekerja sepanjang hari (baca: mereka yang menjabat/bekerja lebih lama, atau statusnya lebih tinggi di satu lembaga/perusahaan) merasa dirinya lebih hebat dan lebih pantas dihargai dibanding orang lain yang bekerja lebih singkat (baca: karyawan/pejabat/sejawat baru).
Tetapi ia lupa. Ia itu pekerja (karir) yang sepanjang hidupnya ada di sana. Sementara mereka yang dipekerjakan berikutnya adalah "honorer" yang dipekerjakan untuk sementara waktu saja. Kembali ke Injil Matius di atas.
Kasus yang diangkat ialah "kurangnya pekerja" untuk memanen di kebun anggur. Di sinilah kebijakan seorang tuan atau majikan terlihat. Selain demi tuntasnya pekerjaannya, ia juga melakukan satu hal penting lainnya. Apa itu?
Ia mencari para pengangguran, yang ada di pinggir jalan; bahkan siapa saja yang ia jumpai di jalan diajaknya untuk bekerja dan tenyunya akan mendapatkan upah sepantasnya.
Pada akhirnya kita harus sadar bahwa, mereka yang bekerja sepanjang hari itu adalah tenaga kerja pilihan dan mempunya banyak kesempatan untuk memilih. Sementara mereka yang bekerja sejak sore itu adalah orang-orang benar-benar tak punya pekerjaan, pun tak punya pilihan.
Mereka adalah orang-orang yang 'tidak dikehendaki' dan bukan pilihan pertama, entah karena tidak punya kesempatan, atau juga karena cacat ataupun punya anggota keluarga yang sakit-sakitan. Mereka yang datang terakhir adalah orang-orang yang sungguh tidak beruntung hidupnya!
Orang-orang yang hanya mengandalkan belas kasih dari pemilik kebun anggur untuk mempekerjakan mereka! Mereka mendapat kesempatan karena belas kasihan!
Sementara si IRI HATI seringkali 'sok tahu', dan terlalu cepat menilai orang hanya karena perasaan iri hati. Ukurannya ialah lama atau tidaknya ia bekerja (waktu kuantitif), bukan kualitas pekerjaannya.
Bukankah di dunia ini ada banyak orang yang hanya bekerja baik bila diperhatikan atasan, dan mengisi waktu bekerja dengan memakai uang sebagai tolok ukurnya? Size seeker seorang pekerja bila hanya berlandaskan jam kerja maka hidupnya pun akan berputar seturut waktu yang berdentang tanpa pernah meninggalkan pesan dan kesan.
Begitulah si IRI HATI dengan lugas membenarkan iri hatinya, hanya karena "yang datang terakhir" digaji sama dengan dirinya oleh Tuhan. Di titik inilah ORANG YANG IRI HATI tak pernah mampu melihat kesusahan hidup dari orang "yang datang terakhir" (orang yang selama hidupnya tidak pernah dipilih atau tidak diberi kesempatan oleh orang lain! Kini, mereka diberi kesempatan dan merekapuna memaknai kesempatan itu dengan baik. So what gitu loh?
Yesus mengajak kita untuk belajar MENGHARGAI dan MEMAKNAI tiap kesempatan. Segeralah keluar dari hati yang tak punya belas kasih, darai diri yang dipernuhi rasa IRI HATI berlebih terhadap orang lain (yang mungkin lebih berkualitas dan melimpah hidupnya).
Kini saatnya kita mengesampingkan tiap ambisi yang kita bangun di atas iri hati terhadap mereka yang punya prestasi karena pandai, punya bakat dan banyak penggemar, dst. Sebab, bila IRI HATI memenuhi hidup kita, maka lenyaplah belas kasih (misericordia) darai hidup kita...hingga kita akan menjadi orang yang kasar, sinis, najis, bahkan sadis.
Misalnya, orang yang merasa 'lebih pantas' menjadi idola tetapi karena tak kunjung disukai orang lain, maka ia menjatuhkan dan mempermalukan siapapun yang diidolakan orang banyak.
Tuhan mengingatkan kita, untuk memupuk belaskasih kepada sesama yang miskin dan tersingkir, sembari membuang jauh segala perasaan IRI HATI terhadap mereka yang hidupnya lebih "mumpuni".
Majalaya, 18 September 2011 - Inspirasi : Bacaan HMB XXV (A/I): Yes 55:6-9; Flp 1:20c-24.27a; Mat 20:1-16a
Posting Komentar