Mentalitas ketegantungan terhadap orang lain, dalam hal ini adalah orang tua sungguh sangat biasa, dan pasti normal. Namun akan menjadi soal, bila mentalitas itu pada akhirnya berlangsung hingga kita sudah dewasa, bahkan sudah menjadi orangtua.
Wieits, jangan salah, di dunia kerja mentalitas ketergantungan semacam ini sangat biasa kita jumpai. Pun terjadi di dunia yang bersifat rohani, seperti di biara bahkan komunitas para rahib sekalipun. Otoritas memang selalu menggiurkan.
Wieits, jangan salah, di dunia kerja mentalitas ketergantungan semacam ini sangat biasa kita jumpai. Pun terjadi di dunia yang bersifat rohani, seperti di biara bahkan komunitas para rahib sekalipun. Otoritas memang selalu menggiurkan.
Di satu pihak otoritas itu akan membuahkan rasa nyaman bagi bawahan (baca: orang yang otoritasnya lebih kecil); tetapi di pihak lain, ia justru hadir mengekang, melibas segenap kreativitas seseorang.
Semua orang yang bernaung di posisi “bawahan” pun memahami otoritas di dua level itu: mengekangnya atau menumbuhkannya!
Semua orang yang bernaung di posisi “bawahan” pun memahami otoritas di dua level itu: mengekangnya atau menumbuhkannya!
Pengalaman saya di lingkungan tempat saya berkarya, otoritas itu kerapkali tampil, bukan saja karena naluri status yang lebih tinggi, tapi juga karena seseorang merasa sudah duluan lahir dan duluan berada/tinggal di daerah ini.
Begitulah puluhan tahun berjalan di lingkungan kami. Yang tua itu yang benar! Tak heran bila orang muda, yang memiliki pola kerja dan gaya hidup yang lebih dinamis dianggap sebagai orang bodoh. Orang muda, dengan demikian harus bekerja dengan cara orangtua.
Setuju atau tidak, saat memasuki tempat karya yang baru, kita pasti selalu diingatkan oleh mereka yang duluan hinggap di tempat yang akan kita tempati, “Pokoknya lihat-lihat dulu!”
Setuju atau tidak, saat memasuki tempat karya yang baru, kita pasti selalu diingatkan oleh mereka yang duluan hinggap di tempat yang akan kita tempati, “Pokoknya lihat-lihat dulu!”
Tak jarang juga ditambahkan dengan nasihat agar segudang “prestasi” yang bahkan sudah membaur dengan tradisi setempat jangan diusik. Entahlah, apakah ini tradisi Timur saja atau juga ada di tempat lain.
Yang jelas saya tidak pernah tinggal di negara lain selain Indonesia yang super-ramah dan rajin marah ini. Tapi yang jelas, saya selalu menemukan fenomena itu di mana-mana:
Atasan/senior kepada bawahannya/juniornya,
“Kamu harus minta ijin dulu ke saya kalau mau melakukan … ini dan itu!!
Bawahan/junior kepada orang lain yang memintai bantuannya,
“Sebentar ya pak/bu, saya tanya dulu atasan/senior saya!”
Huft….^!!!!!^
Cimahi, 09 Mei 2011 - Tulisan ini juga dimuat di http://www.kompasiana.com/luciusinurat
Atasan/senior kepada bawahannya/juniornya,
“Kamu harus minta ijin dulu ke saya kalau mau melakukan … ini dan itu!!
Bawahan/junior kepada orang lain yang memintai bantuannya,
“Sebentar ya pak/bu, saya tanya dulu atasan/senior saya!”
Huft….^!!!!!^
Cimahi, 09 Mei 2011 - Tulisan ini juga dimuat di http://www.kompasiana.com/luciusinurat
Posting Komentar