Sampai jumpa lagi di Gema Katekese di edisi minggu ini. Pada edisi minggu ini GEMPAR masih mengetengahkan mengenai untaian Tahun Liturgi khusus Masa Prapaskah.
Edisi lalu kita telah membahas upacara Rabu Abu. Pada edisi ini kita akan membahas Minggu Palma (peringatan Sengsara Tuhan dan masuknya Tuhan ke Yerusalem) dan Kamis Putih (Perayaan Kenangan (anamnesis) dari Perjamuan Malam Terakhir).
Kebetulan pada minggu ini kita akan merayakan kedua peristiwa penting itu. Semoga tulisan pendek ini membantu kita memahami dan menghayati kedua perayaan tersebut.
Pergeseran Simbol
Menurut Egeria, sejak abad ke-5 sudah dipraktikkan liturgi palma di Bukit Zaitun dengan format Liturgi Sabda pada siang hari dan prosesi menuju kota Yerusalem pada sore hari. Selanjutnya, Gereja Barat mentransfer tradisi tersebut hingga masa kini. Bahkan di Spanyol (tahun 600-an) sudah ada tradisi penggunaan daun palma dalam liturgi tetapi tanpa prosesi.
Pada abad pertengahan prosesi Minggu Palma malah tampil lebih dramatis dan teateral: peran Yesus secara simbolik dipresentasikan Kitab Suci atau salib. Selanjutnya dalam tradisi Gereja Jerman, tokoh Yesus dalam prosesi digambarkan sedang menunggang keledai yang terbuat dari kayu yang beroda.
Sementara simbolisme daun palma bagi kultur Yunani dan Latin bermakna sebagai kehidupan, harapan, dan kemenangan.
Akar Tradisi
Dalam tradisi di atas, khususnya Yunani dan Latin, daun palma secara populis bermakna magis: memiliki kekuatan apotropaic (tolak bala) untuk rumah, kebun, tema dari gangguan iblis dan roh-roh jahat.
Kepercayaan pada daun palma ini dikemudian hari dikristenkan dengan makna magis masih terasa: “daun palma bermakna kemenangan atas maut, suatu ungkapan penghormatan pada Sang penebus yang mengalahkan maut.
Pemaknaan itu makin diperkuat justru oleh Gereja Katolik dengan ritus pemberkatan daun palma. Demikianlah prosesi daun palma itu dipahami sebagai ungkapan iman, harapan, dan kasih pada Kristus, atau saat mengungkapkan kemuliaan akan kemenangan Kristus.
Liturgi
Sebagaimana telah disinggung di atas, makna perayaan Palma ialah memperingati Sengsara Tuhan dan masuknya Yesus Kristus ke kota Yerusalem sebagai Mesias. Kedua aspek liturgi ini sekaligus berpadu dalam satu perayaan yang merupakan karakter dasar misteri paskah, yakni penderitaan dan kemuliaan: per crucem ad lucem, per aspera ad astra, della stella alla stella, Pathei mathos.
Maka secara liturgis, upacara ini diawali dengan karakter ritual yang penuh kegembiraan dan triumphalis Yesus sebagai Raja (gembira) yang diungkapkan dengan prosesi meriah, baru kemudian dilanjutkan dengan kisah sengsaraNya (sedih).
Prosesi Minggu Palma hanya berlangsung satu kali saja dan melalui dua jenis dua: [1] prosesi meriah menuju gereja dan [2] prosesi sederhana di dalam gereja (Kisah Sengsara dinyanyikan/dibacakan; peran Kristus dipegang oleh imam, dan harus ada homili).
Lusius Sinurat
Posting Komentar