Untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina.
“Nina, apa yang anakku mau sayang” begitu ayah saya membuka percakapan.
“Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya.
“Nggak ah… ntar om marah” jawab Nina.
“Nggak sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali.
“Nggak ah… ntar om marah” Nina mengulang jawabannya.
Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi.
Dia dekati lagi Nina sambil berkata, “ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang”
“Tapi janji ya om tidak marah” jawab Nina manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya.
“Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah.
Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’ pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan,
“Ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak.”
Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata,
“Bener ya om tidak marah.”
Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya.
“om, boleh nggak saya memanggil ayah”
Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina.
“Nina, apa yang anakku mau sayang” begitu ayah saya membuka percakapan.
“Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya.
“Nggak ah… ntar om marah” jawab Nina.
“Nggak sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali.
“Nggak ah… ntar om marah” Nina mengulang jawabannya.
Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi.
Dia dekati lagi Nina sambil berkata, “ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang”
“Tapi janji ya om tidak marah” jawab Nina manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya.
“Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah.
Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’ pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan,
“Ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak.”
Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata,
“Bener ya om tidak marah.”
Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya.
“om, boleh nggak saya memanggil ayah”
Posting Komentar