Sastra sejarah Perjanjian Lama mencakup kitab-kitab dari Kejadian sampai Ester, prolog dan epilog kitab Ayub, Yesaya 36-39, beberapa pasal dalam kitab Yeremia, dan Daniel 1-6 bagai Sejarah.
Perjanjian Lama memperlihatkan kepada kita sejarah zaman purba dari sudut pandang ilahi. Sejarah dikemukakan sebagai bersifat linear - yakni, sebagai mempunyai permulaan, titik pusat (Yesus Kristus), dan akhir. Alkitab menerangkan bahwa Allah sedang bekerja untuk mengendalikan sejarah sesuai dengan rencana-Nya.
Diperlihatkannya kepada kita bahwa sejarah berlangsung secara bertahap dengan setiap tahap dibangun di atas tahap yang sebelumnya. Allah menyatakan makin banyak dari rencana penyelamatan sementara tahap-tahap sejarah terbentang.
Sastra sejarah Perjanjian Lama mencatat dan menafsirkan kejadian-kejadian dari suatu masa tertentu. Sementara para penulis menulis, Allah bekerja melalui mereka untuk memastikan penafsiran yang benar dan pencatatan yang tepat dari fakta-fakta. Kadang-kadang Ia memberitahukan kepada mereka fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang tak mungkin mereka tahu dengan cara lain (mis., Kej. 1-3 sudah pasti dinyatakan secara langsung oleh Allah.)
Perjanjian Lama mencatat sejumlah mukjizat yang menampakkan kuasa kreatif Allah dalam membentuk kejadian-kejadian. Berbagai mukjizat tersebar di seluruh narasi, tetapi secara khusus muncul dalam hubungannya dengan Musa, Yosua, Samuel, Elia dan Elisa (mis., I Raj. 17:17-24). Kejadian-kejadian yang ajaib ini tidak diketengahkan sebagai kejadian yang biasa dalam kehidupan orang-orang ini.
Kejadian-kejadian itu menyatakan kegiatan istimewa Allah. Alkitab menggambarkan Allah sebagai Oknum yang mengendalikan seluruh sejarah; namun Ia jarang memperkenalkan mukjizat dalam jalan kejadian-kejadian.
Tidak seperti sejarah-sejarah lain yang ditulis dalam dunia zaman purba, Alkitab tidak melakukan penyembahan pahlawan. Alkitab memperlihatkan tokoh-tokoh utama dalam sejarah sebagaimana adanya, bahkan ketika hal ini mungkin menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang serius.
Misalnya, bagaimana Daud (penulis begitu banyak mazmur yang indah) dapat melakukan pembunuhan, perzinaan, dan poligami (II Sam. 11-12). Namun, Alkitab dengan terus terang mengatakan bahwa ia telah melakukan semuanya itu.
Sejarah Perjanjian Lama mempunyai banyak ciri yang menarik. Kejadian-kejadian digambarkan dengan sangat jelas, hidup, dan ringkas, tetapi tidak selalu mengikuti urutan kronologis yang ketat (mis., Kej. 2, kitab Hakim-Hakim). Oleh sebab Alkitab memusatkan perhatian pada soal-soal yang penting dari segi teologis, maka beberapa hal tidak disebutkan sama sekali dan hal-hal lain diuraikan dengan terperinci.
Alkitab mencatat hanya hal-hal yang penting untuk temanya yang bersifat teologis. Dalam kitab-kitab Samuel, Raja-Raja dan Tawarikh, Perjanjian Lama menghadapkan kepada kita kisah-kisah paralel yang sulit diselaraskan pada beberapa tempat.
Kitab-kitab ini mengandung ulangan, pidato yang diringkaskan, dan berbagai perspektif teologis - jenis-jenis masalah yang sama yang terjadi di kitab-kitab Injil. Substansi inti sejarah Perjanjian Lama adalah cara Allah mengerjakan keselamatan dengan Kristus sebagai perwujudan dan sasarannya. Amanatnya jelas, baik di Kitab Samuel, Raja-Raja maupun di kitab Tawarikh, namun kedua "sejarah" ini berbeda.
Yang pertama memperlihatkan sejarah melalui pandangan para nabi, sedangkan yang kedua menggambarkan sejarah dari segi pandangan imam atau hanya menyajikan suatu tawarikh kejadian-kejadian. Kedua sejarah ini saling menambah; keduanya tidak bertentangan, meskipun minat yang berbeda menyebabkannya menekankan segi-segi yang berbeda dari apa yang terjadi.
Posting Komentar