Foto: Pope New Year Vespers |
Pada tanggal 25 Mei 1969 Ketetapan Kongregasi untuk Ibadat Suci menerbitkan aturan penyusunan bacaan misa yang baru, dan tahun 1981 terbitlah edisi kedua dari aturan ini.
Beberapa hal yang perlu kita ketahui: Pada semua hari Minggu dan hari raya disediakan tiga bacaan misa: Bacaan pertama dari PL, Bacaan kedua dari surat PB dan yang Bacaan ketiga adalah Injil; dengan tujuan pastoralnya adalah: agar umat beriman dapat mendengarkan bacaan Kitab Suci selengkap dan seluas mungkin.
Untuk mencapai tujuan pastoral tadi, maka tata bacaan misa dibagi kedalam tiga tahun liturgi:
Untuk mencapai tujuan pastoral tadi, maka tata bacaan misa dibagi kedalam tiga tahun liturgi:
- Tahun A : Injil Mateus
- Tahun B : Injil Markus, dan
- Tahun C : Injil Lukas.
Catatan:
Injil Yohanes digunakan pada hari minggu terakhir masa prapaska dan masa paska, sedangkan Kisah Para Rasul digunakan Bacaan I selama masa paska. Caranya untuk mengetahui tahun, cukup mudah, yaitu apabila tahun matahari kita habis dibagi tiga, tahun itu tentu tahun C. Lalu tahun yang lain dihitung dari sana.
Dua Prinsip Pemilihan Bacaan
Prinsip I: Hubungan Tematis
- Pemilihan bacaan-bacaan berdasarkan kesamaan tema: Adven, Natal, Prapaska, Paska, serta Bacaan I dan Injil dari semua Hari Minggu Biasa.
- Pada Hari Minggu Biasa Bacaan I selalu dipilih sesuai dengan tema injilnya.
Prinsip II: Semi Urutan/Kontiniu
- Pemilihan bacaan berdasarkan urutan bagian kitab yang sedang dibacakan tanpa mempedulikan kesesuain temanya dengan bacaan lainnya.
- Prinsip kedua ini digunakan untuk Bacaan I Hari Minggu Biasa. Tema Bacaan I Hari Minggu Biasa tidak tentu sesuai dengan tema Bacaan I dan Injil, sebab Bacaan I tersebut diambil dari lanjutan bagian Kitab yang sama yang dibacakan pada hari Minggu sebelumnya sebagai Bacaan I.
Bacaan I
- Untuk hari Minggu dan hari raya, bacaan pertama diambil PL.
- Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: ”Demikianlah sabda Tuhan”. Kata-kata ini merupakan pernyataan resmi dan meriah bahwa yang dibacakan tadi adalah sabda Allah sendiri sebab Allah hadir ketika Kitab Suci dibacakan (SC 7);
- Diikuti jawaban umat: ”Syukur kepada Allah”.
Mazmur Tanggapan
- Mazmur tanggapan merupakan jawaban umat terhadap sabda Allah yang baru saja diwartakan dan didengarka.
- Mazmuir tanggapan termasuk unsur pokok dalam liturgi sabda.
- Ada petugas yang membawakan atau mendaraskan Mazmur dan umat berpartisipasi dengan mengucapkan refren.
Bacaan II
- Untuk hari minggu dan hari raya disediakan Bacaan II yang diambil dari tulisan PB.
- Biasanya Bacaan II ini diambil dari surat, sehingga Bacaan II sering disebut sebagai epistola (bahasa latin epistola / epistula = surat).
Bait Pengantar Injil (Alleluia)
- Bait Pengantar Injil (Alleluia) untuk mempersiapkan umat untuk mendengarkan Bacaan Injil yang baru akan diwartakan.
- Alleluia ini merupakan seruan pada Kristus, maka umat berdiri.
- Alleluia dinyanyikan sepanjang tahun, kecuali pada masa prapaska.
- Jika tidak dinyanyikan bait pengantar injil dapat ditiadakan.
Injil
Bacaan Injil merupakan puncak seluruh liturgi sabda. Sejak awal mula, Bacaan Injil mendapat penghormatan yang melebihi bacaan lain. Penghormatan terhadap Bacaan Injil misalnya tampak dalam:
- Injil dibacakan oleh imam atau diakon.
- Sebelum dibacakan ada perarakan untuk membawa Injil oleh diakon atau imam.
- Diakon atau imam mempersiapakn diri dengan berdoa sebelum pembacaan Injil.
- Injil dihormati dengan duparatus (fakultatif).
- Sebelum pemBacaan Injil ada dialog.
- Pembuatan tanda salib pada dahi, mulut dan dada. “SabdaMu ya Tuhan, kami pikirkan dan renungkan, kami wartakan dan kami resapkan di dalam hati kami”.
- Pembuatan tanda salib oleh pembaca pada Kitab mengungkapkan bahwa dalam Injil ini Salib Kristus diwartakan.
- Semua umat beriman berdiri ketika Injil dibacakan
- Sesudah pembacaan Injil, diakon atau imam mengecup/ mencium Kitab Suci sambil berdoa: “Tuhan, karena pewartaan Injil ini hapuskanlah dosa kami.” Baca Dari Awal!
Posting Komentar