Pastor Edward Schillebeeckx, OP |
Agar sampai ada persaudaraan itu dibutuhkan 4 gerakan:
Pertama, dinamika hermeneutik-praktis yang menyoroti bahwa persatuan jemaat sangat menentukan mana gereja keselamatan dan mana gereja ketidakselamatan yang mengguruh dalam lingkungannya maupun dunia. Hal ini dicapai melalui analitis dan interpretasi yang kritis. Demikianlah gereja/jemaat bisa bertindak secara konsekuen sesuai dengan orientasi injil.
Kedua, dinamika kritik masyarakat dan manusia secara kristiani. Artinya: berdasarkan Injil, dicarilah struktur dan sikap konkret yang mematikan kebebasan dan kemanusiaan, serta menjauhkan kerjaan Allah.
Ketiga, dinamika diakonal dan agogi, artinya pembangunan jemaat dipahami sebagai persaudaraan yang dialami dan dilaksanakan sebagai proses dan persaudaraan solider secara kritis dengan karya pembangunan, gerakan politis, dst yang ada.
Keempat, dinamika perayaan liturgi. Dalam liturgi, secara berkala diperingati, dirayakan, dimunculkan, dihadirkan “hal” yang menghidupi dan menguatkan persaudaraan ini perayaan liturgi merupakan “kairoi” (saat istimewa), saat berahmat yang membangun dan mendasari gereja [cf ‘waktu’ hanya ada berkat peristiwa-peristiwa; diluar peristiwa tidak ada apa-apa.
Pertama, dinamika hermeneutik-praktis yang menyoroti bahwa persatuan jemaat sangat menentukan mana gereja keselamatan dan mana gereja ketidakselamatan yang mengguruh dalam lingkungannya maupun dunia. Hal ini dicapai melalui analitis dan interpretasi yang kritis. Demikianlah gereja/jemaat bisa bertindak secara konsekuen sesuai dengan orientasi injil.
Kedua, dinamika kritik masyarakat dan manusia secara kristiani. Artinya: berdasarkan Injil, dicarilah struktur dan sikap konkret yang mematikan kebebasan dan kemanusiaan, serta menjauhkan kerjaan Allah.
Ketiga, dinamika diakonal dan agogi, artinya pembangunan jemaat dipahami sebagai persaudaraan yang dialami dan dilaksanakan sebagai proses dan persaudaraan solider secara kritis dengan karya pembangunan, gerakan politis, dst yang ada.
Keempat, dinamika perayaan liturgi. Dalam liturgi, secara berkala diperingati, dirayakan, dimunculkan, dihadirkan “hal” yang menghidupi dan menguatkan persaudaraan ini perayaan liturgi merupakan “kairoi” (saat istimewa), saat berahmat yang membangun dan mendasari gereja [cf ‘waktu’ hanya ada berkat peristiwa-peristiwa; diluar peristiwa tidak ada apa-apa.
Didalam waktu terdapat kontinuitas (keteraturan, keseimbangan) dan diskontinuitas (perubahan, ketidaksinambungan). Ingat pula ungkapan filsuf Yunani, “panta rei, kaiuben menei” (segala sesuatu itu mengalir, dan tak ada yang tinggal tetap)]
Posting Komentar