Dalam kurun waktu ini terjadilah perkembangan tahap demi tahap ke arah pembentukan unsur-unsur dan penyusunan tata upacara perkawinan sebagai sauatu liturgi sakramen. Unsur-unsur yang dimaksud ialah:
Perjanjian Nikah.
Pemakaian unsur ini tak bisa dilepasakan dari pengaruh hukum Romawi yang menganggap bahwa yang paling penting dalam peresmian perkawinan hanyalah perjanjian nikah. Sedangkan keberadaan unsur-unsur lain hanyalah tambahan saja.
Pada masa ini, simbol cincin, penyerahan mahar, perarakan dan penyerahan pengantin wanita, kesaksian dari orang tua dan kaum kerabat, belum mendapat arti atau fungsi liturgis.
Hal-hal pada mulanya dibuat di rumah dan biasanya dihadiri oleh imam. tetapi dalam perkembangan selanjutnya, unsur-unsur ini diterima sebagai bagian dari liturgi perkawinan.
Misalnya pada Carolingga (IX-X) Gereja menegaskan bahwa ia memiliki wewenang yuridis terhadap perkawinan dan menuntut agar Perjanjian Nikah dan Penyerahan Jaminan Perkawinan dilaksanakan di depan umum di hadapan imam, entah di dalam geduing gereja ata di depan pintu gereja.
Pemakaian unsur ini tak bisa dilepasakan dari pengaruh hukum Romawi yang menganggap bahwa yang paling penting dalam peresmian perkawinan hanyalah perjanjian nikah. Sedangkan keberadaan unsur-unsur lain hanyalah tambahan saja.
Pada masa ini, simbol cincin, penyerahan mahar, perarakan dan penyerahan pengantin wanita, kesaksian dari orang tua dan kaum kerabat, belum mendapat arti atau fungsi liturgis.
Hal-hal pada mulanya dibuat di rumah dan biasanya dihadiri oleh imam. tetapi dalam perkembangan selanjutnya, unsur-unsur ini diterima sebagai bagian dari liturgi perkawinan.
Misalnya pada Carolingga (IX-X) Gereja menegaskan bahwa ia memiliki wewenang yuridis terhadap perkawinan dan menuntut agar Perjanjian Nikah dan Penyerahan Jaminan Perkawinan dilaksanakan di depan umum di hadapan imam, entah di dalam geduing gereja ata di depan pintu gereja.
Selubung dan Pemberkatan Nikah dalam Gereja.
Rumus berkat imam yang menyertai penyerahan kerudung sudah ada sejak abad IV. Pada masa itu, ritus ini wajib dilakukan bila seorang klerus menikah, dan tidak boleh dibuat bila seorang pelacur atau yang pernah berzinah atu pernah menikah meresmikan pernikahannya (Bernard Boli Ujan SVD, 1993:39). Sebenarnya ritus ini pada mulanya hanya merupakan suatu tanda “penghormatan”.
Pemakaian selubung oleh pengantin wanita dimengerti dalam hubungan dengan tudung para perawan yang menguduskan dirinya bagi Allah. Selanjutnya, selubung dimaknai sebagai simbol penyerahan total, kekudusan, kesucian, dan kemurnian. Dalam hal ini perkawinan dapat menjadi sacramentum atau kenyataan simbolis dalam dunia tentang Kristus dan Gereja.
Rumus berkat imam yang menyertai penyerahan kerudung sudah ada sejak abad IV. Pada masa itu, ritus ini wajib dilakukan bila seorang klerus menikah, dan tidak boleh dibuat bila seorang pelacur atau yang pernah berzinah atu pernah menikah meresmikan pernikahannya (Bernard Boli Ujan SVD, 1993:39). Sebenarnya ritus ini pada mulanya hanya merupakan suatu tanda “penghormatan”.
Pemakaian selubung oleh pengantin wanita dimengerti dalam hubungan dengan tudung para perawan yang menguduskan dirinya bagi Allah. Selanjutnya, selubung dimaknai sebagai simbol penyerahan total, kekudusan, kesucian, dan kemurnian. Dalam hal ini perkawinan dapat menjadi sacramentum atau kenyataan simbolis dalam dunia tentang Kristus dan Gereja.
Rituale 1614
Upacara perkawinan dalam rituale 1614 dipraktikkan hingga tahun 1969. Dalam rituale ini terdapat unsur-unsur perayaan nikah abad pertengahan, yakni Perjanjian Nikah, upacara “di depan pintu gereja”, jabat tangan dengan rumusan “Ego Coniungo vos”, pemberkatan cincin pengantin wanita dan rumusan doa penutup.
Selanjutnya: Teologi Perkawinan Pada Abad Pertengahan
Topik: Teologi Perkawinan Abad Awal Kekristenan
Upacara perkawinan dalam rituale 1614 dipraktikkan hingga tahun 1969. Dalam rituale ini terdapat unsur-unsur perayaan nikah abad pertengahan, yakni Perjanjian Nikah, upacara “di depan pintu gereja”, jabat tangan dengan rumusan “Ego Coniungo vos”, pemberkatan cincin pengantin wanita dan rumusan doa penutup.
Selanjutnya: Teologi Perkawinan Pada Abad Pertengahan
Topik: Teologi Perkawinan Abad Awal Kekristenan
Posting Komentar