Seluruh pemaparan tulisan "Inkulturasi Liturgi Perkawinan Adat Batak Toba" ini disusun sedemikian rupa sehingga pokok permasalahan dalam inkulturasi perkawinan adat Batak Toba dapat dipetakan. Proses belajar ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
1. Inkulturasi dan Permasalahannya
Bagian memaparkan mengenai kehadiran Gereja di tanah Batak, yang pada awalnya dianggap sebagai sosok asing, namun berkat usaha keras para missionaris terdahulu, Gereja mulai diterima dan membumi di tanah Batak; bahkan turut mempengaruhi aspek kehidupan sosial dan religius orang Batak Toba.
2. Perkembangan Tradisi Liturgi Perkawinan Kristen Roma
Bagian ini memuat perkembangan tradisi liturgi perkawinan Kristen Roma atau Katolik. Bagian ini secara khusus akan melihat pandangan dinamis Gereja terhadap liturgi perkawinan yang selalu berkembang dan disesuaikan dengan konteksnya.
Disini akan dipaparkan sejarah liturgi perkawinan Kristen Roma. Hal ini sejalan dengan makin meluasnya misi-evangelisasi, maka kiranya tak terhindarkan pertemuan antara Gereja dan kultur yang dimasukinya. Pemaparan inilay yang dibentangkan sebagai jendela untuk menatap perkawinan adat Batak-Toba.
3. Ritus Perkawinan Adat Batak Toba
Bagian ini memuat gambaran umum perkawinan adat dalam kebudayaan Batak Toba. Di awal bagian ini akan ditampilkan secara singkat mengenai kebudayaan Batak Toba. Perkenalan dengan kebudayaan Batak Toba ini menjadi pintu masuk bagi penulis untuk secara khusus mendalami upacara atau ritus perkawinan yang ada di dalamnya.
Hal ini dikedepankan mengingat bagian ini menjadi fokus awal untuk membuka cakrawala pemikiran antropologis dari perkawinan adat Batak itu sendiri. Dan, cakrawala pemikiran antropologis ini penting bagi cakrawala pemikiran teologis-liturgis berkat pertemuan kebudayaan Batak Toba dengan Kristianisme. Bab ini mencakup tahapan perkawinan adat dan ritus perkawinan adat Batak Toba.
4. Perkawinan Adat Batak Toba menjadi Liturgi Perkawinan Inkulturatif Batak Toba
Berdasarkan seluruh pemaparan sebelumya, maka bagian ini mencakup usaha mencari peluang-peluang bagi inkulturasi ritus perkawinan adat Batak Toba. Untuk melengkapi bagian ini dicantumkan juga makna, persiapan yang diperlukan, peran-peran serta aspek-aspek lain dari kedua ritus perkawinan.
Akhirnya, bagian ini ditampilkan dalam refleksi teologis-liturgis Gereja Katolik. Sikap ini dibangun atas penghargaan Gereja terhadap nilai-nilai kultur setempat, dalam hal ini kultur Batak Toba; dan penghargaan inilah yang menjadi fondasi utam dalam membangun inkulturasi liturgi perkawinan adat Batak Toba.
5. Penutup
Bagian ini menjadi kesimpulan dari rangkaian tulisan “Inkulturasi Liturgi Perkawinan Adat Batak Toba. Refkeksi ini membawa penulis pada satu kesimpulan, yakni bahwa ritus perkawinan adat Batak Toba dimungkinkan untuk disesuaiakn (diinkulturasi) dengan ritus perkawinan gerejawi yang kita miliki, dan usaha itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip liturgi dan pokok-pokok teologis liturgis dalam perkawinan Katolik.
Fokus Pembahasan:
Bagian ini menjadi kesimpulan dari rangkaian tulisan “Inkulturasi Liturgi Perkawinan Adat Batak Toba. Refkeksi ini membawa penulis pada satu kesimpulan, yakni bahwa ritus perkawinan adat Batak Toba dimungkinkan untuk disesuaiakn (diinkulturasi) dengan ritus perkawinan gerejawi yang kita miliki, dan usaha itu harus sesuai dengan prinsip-prinsip liturgi dan pokok-pokok teologis liturgis dalam perkawinan Katolik.
Fokus Pembahasan:
- Inkulturasi Dalam Gereja Katolik
- Misi Kebudayaan
- Gerak Inkulturasi
- Relevansi Perkawinan Gereja-dan Perkawinan Adat Batak Toba
- Merumuskan Inkulturasi Liturgi Perkawinan
- Pendekatan Inkulturatif Ritus Perkawinan Adat Batak Toba
Bibliography:
Dokumen Gereja
- Ad Gentes (AG)
- Evangelii Nuntiandi (EN)
- Familiaris Consortio (FC)
- Gaudium et Spes (GS)
- Lumen Gentium (LG)
- Kateksimus Gereja Katolik (KGK)
- Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983
- Nostra Aetate (NA)
- Redemptoris Missio (RM ) 52-54.
- Sacrosanctum Consilium (SC)
- Anicetus Sinaga, Gereja dan Inkulturasi. Yogyakarta & Ende: Kanisius & Nusa Indah, 1984
- C. Geertz, The Interpretation of Cultures, New York: Basic Books, 1973
- Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi Dalam Konteks. Yogyakarta & Jakarta: Kanisius & BPK Gunung Mulia, 2000.
- Fabianus S. Heatubun, Diktat Teologi Inkulturasi. Bandung: FF Unpar, 2002
- FW. Dillistone, The Power of Symbol. Yogyakarta: Kanisius, 2002
- Georg Kirchberger dan John Masford Prior (eds.). Iman dan Transformasi Budaya. Ende: Nusa Indah, 1996
- Hervé Carrier, Gospel Message, and Human Cultures. From Leo XIII to John Paul II. Pennsylvania: Duquesne University Press, 1989.
- Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Cet. III). Jakarta: Rineka Cipta, 1981
- LJ. Luzbetak, The Church and Cultures: New Perspectives in Missiological Anthropology. New York: Orbis book, 1988
- Lorens Bagus, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramendia, 1996
- Mircea Eliade. A History of Religious Ideas. Collins, 1991.
- Peter Schineller, The Handbook of Inculturation. Mahwah, New York: Paulist Press, 1990.
- Raymondus I Made Sudhiarsa, Gereja Misioner (Diktat Mata Kuliah “Evangelisasi dan Pencarian Nilai”), Bandung: Program Magister Ilmu Teologi Unpar, 2004.