iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Rekam Jejak Seorang Krosier Part 1

lusius-sinurat

Pukul 14 September 2003

Update: 24 Oktober 2020

Bareng Lia di rumah Winda di Jati Asih - Bekasi, 2003

Bareng Winda dan Yaya di rumah Winda di Jati Asih - Bekasi, 2003

Bareng Winda di rumah Yaya di Kuningan, Cirebon, 2003

Bareng Weiwei di rumahny di Subang, Jabar, 2003

Bareng Devina, si kecil yang cantik di rumahnya di Bandung, 2003

Galeri

lusius-sinurat

Blog ini berisi ide dan pemikiran Lusius seputar topik filsafat, teologi, budaya, politik, pendidikan, dan sebagainya. Silahkan kunjungi profil penulis. Jika Anda ingin bertanya serta memberi masukan, kiritk dan saran, silakan kirim email ke [email protected].

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.

Seluruh proses perkawinan adat Batak Toba ini berpusat pada Mulajadi Nabolon sebagai inti upacaranya. Pandangan tentang dimensi kosmis sebagai simbol dasar dari perkawinan adat Batak Toba dapat dinilai dan dipahami dengan lebih kritis. Kata “kritis” di sini menunjuk pada sikap kehati-hatian dalam menyikapi pemahaman yang agak magis-mistis. Unsur yang tak kalah penting dalam ritus perkawinan adat Batak Toba adalah unsur perjamuan (makan bersama, unjuk): mulai dari tempat makan bersama dilakukan, memanggil liat ni Tulangni boru muli, menentukan tempat duduk, mempersiapkan makanan, pemberian parjuhut (lauk-pauk, biasanya daging kerbau atau babi) oleh paranak kepada parboru, pemberian dengke (ikan, biasanya ikan mas) oleh parboru kepada paranak, doa makan, pembagian jambar’; hingga marhata adat, pasahat sinamot, mangulosi dan padalan olopolop setelah makan bersama selesai.

Rekam Jejak Seorang Krosier Part 1

Related Posts

Posting Komentar